Jakarta (Antara Kalbar) - Pemahaman masyarakat Indonesia terhadap bahaya rokok meningkat dibanding enam tahun lalu, kata aktivis pengendali tembakau Ehsan Latif.
"Kami tidak kehilangan sepeser pun untuk peningkatan kapasitas manusia di Indonesia dengan tidak ada regulasi pembatasan tembakau dari pemerintah. Perubahannya enam tahun lalu tidak ada yang berbicara soal pembatasan tembakau, tapi sekarang ada," kata Ehsan yang juga Director of Tobacco Control at The Union United for a tobacco-free future dalam Workshop Penguatan Perguruan Tinggi dalam Pengendalian Tembakau di Jakarta, Kamis.
Tobacco Control at The Union United for a tobacco-free future merupakan salah satu lembaga yang berada di bawah naungan badan dunia yang mengurusi bidang kesehatan, World Health Organization (WHO).
Lebih lanjut Ehsan mengatakan bukti lain akan adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang bahaya merokok dapat dilihat dari spanduk-spanduk, billboard, dan seruan-seruan bahaya rokok di ruang publik, katanya.
"Kami melihat berapa banyak sekarang yang bicara soal rokok berdampak buruk. Ini yang kami lihat juga sebagai perkembangan, karenanya kami tidak bilang peningkatan kapasitas manusia tidak berjalan di sini," tegasnya.
Karenanya, Ehsan mengatakan lembaga pengendali tembakau yang berada di bawah naungan WHO tersebut tidak akan menghentikan bantuannya kepada Indonesia untuk memerangi rokok.
Lagi pula, menurut dia, tidak hanya bantuan finansial saja yang dibutuhkan untuk membuat Indonesia mengurangi konsumsi tembakau, tetapi juga dampingan teknis juga menjadi kunci dalam upaya tersebut.
"Tantangan menghadapi industri tembakau masih besar, karenanya dukungan untuk dunia kesehatan masih perlu dilakukan," ujar Ehsan.
Sebelumnya ia mengatakan bahwa bukan hanya Indonesia yang mengalami peningkatan konsumsi tembakau, dan kebanyakan peningkatan ada di usia muda.
Dalam penelitian di 2009, sedikitnya 15.000 orang tewas di dunia karena penyakit turunan dari konsumsi tembakau. Dan Indonesia menempati urutan ke-4 di bawah Tiongkok, Rusia, dan Amerika Serikat dari jumlah tertinggi yang mengkosumsi tembakau.
(V002/Z. Meirina)
Aktivis: Pemahaman Bahaya Rokok Di Indonesia Meningkat
Kamis, 29 Mei 2014 20:23 WIB