Sintang (Antara Kalbar) - Seperti momen Ramadhan dan Idul Fitri, momen perayaan Natal dan malam tahun baru menjadi ladang rezeki bagi para penjual petasan di Kota Sintang. Salah satunya Anto (30), penjual petasan di Pasar Sungai Durian.
Anto terlihat sibuk melayani sejumlah pembeli, saat saya datang menyapanya. Anto yang merupakan rekan seperjuangan di masa SMA dulu langsung menyambut girang kehadiran saya.
Karena kesibukannya masing-masing, kami memang sangat jarang bertemu. Terakhir saya berjumpa dengannya sekitar bulan Februari lalu. Anto memang terbilang seorang pedagang petasan yang ulet. Sudah 11 tahun lamanya dia menggeluti usahanya menjual petasan.
Tiga momen hari besar keagamaan tidak pernah terlewati olehnya. Momen Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru serta Imlek menjadi waktu yang tepat baginya untuk mengumpulkan Rupiah sebanyak-banyaknya. Hasilnya, dari tiga momen ini saja yang setiap momennya dia hanya berjualan kurang lebih selama satu bulan, Anto mampu mengumpulkan Rupiah yang cukup untuknya hidup setahun. Jadi hitung-hitungan kasar, Anto dalam setahun hanya bekerja selama tiga bulan saja.
Namun hasil dari berjualan selama tiga bulan cukup untuk hidup selama setahun. Anto sambil sesekali melayani pembeli yang datang menceritakan dia menekuni usaha berjualan petasan ini sejak lulus SMA tahun 2003 lalu. Pilihan berjualan petasan menjadi pilihan satu-satunya bagi dirinya saat itu. Sebab karena keterbatasan biaya, dia tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Bekerja adalah satu-satunya pilihan yang harus Anto ambil karena dia juga tidak mungkin terus berharap untuk disuapi oleh orangtuanya.
Namun mencari pekerjaan hanya dengan berbekal ijasah SMA dan tidak memiliki keahlian tertentu jelaslah sangat sulit. Anto pun menyadari hal itu. Satu-satunya jalan untuk tetap bisa bekerja ialah dengan berdagang. Dia pun berusaha menumbuhkan jiwa dagang di dalam dirinya tersebut. Pilihan berdagang petasan pun ada cerita tersendiri bagi Anto.
Kala itu, Anto bingung untuk memulai keinginannya berdagang. Karena memang semua jenis perdagangan sudah banyak pesaingnya. Dia akhirnya memilih berdagang petasan setelah melihat penjual petasan saat itu masih sedikit. Apalagi setelah dia mendengar para penjual petasan bisa meraup keuntungan yang berlipat-lipat dari modal yang dikeluarkan.
Namun lagi-lagi, untuk memulai bukanlah pekerjaan gampang. Dia kembali terbentur dengan persoalan modal yang dimilikinya. Sebab berdagang petasan harus bermodal yang cukup besar. Akhirnya, karena mungkin sudah garis tangan Anto yang harus berjual petasan, ia pun bisa mengatasi persoalan tidak adanya modal yang dia miliki.
Awalnya, dia memilih bekerja sama dengan rekannya dengan modal bersama untuk memulai berjualan petasan. Modal berjualan petasan untuk satu meja saja cukuplah besar. Anto menyebut modal awal mencapai belasan juta Rupiah. “Tidak kurang antara Rp18-20 juta untuk modal awalnya,†katanya.
Namun saat itu, Anto dan rekannya tidak serta merta memiliki modal sebesar itu, dia kala itu hanya memiliki modal sekitar Rp5 jutaan saja. Tapi berbekal tekad yang kuat, dia berhasil melobi seorang distributor petasan di Kota Pontianak untuk mengeluarkan barang terlebih dahulu dengan membayar belakangan.
Dengan jaminan sebuah kepercayaan dari distributor, Anto pun mulai menggeluti dunia barunya itu. “Biasanya saya ambil barang dulu baru nyetor uang. Kadang juga jika ada uang saya bayar cash,†ujarnya.
Dengan bermodal barang-barang petasan dan kembang api dari berbagai jenis dan merk yang nilainya mencapai Rp15 juta, di momen Ramadhan hingga Idul Fitri, momen Natal hingga malam tahun baru dan moment Imlek, Anto mampu meraup keuntungan yang cukup besar.
Dia mengungkapkan untuk moment Ramadhan hingga Idul Fitri, dia biasanya bisa memutar modal hingga delapan kali.
“Barang habis beli lagi. Biasanya sampai lima kali beli barang untuk Ramadhan sampai Idul Fitri,†katanya.
Anto mengaku satu kali memutar modal, dia bisa meraup keuntungan sekitar 20 persen dari modal. Bisa dihitung dengan bermodalkan Rp15 juta, Anto dalam satu kali barang habis terjual bisa meraup keuntungan Rp3 juta. Jika Anto bisa menjual lima kali barang dagangannya itu, dia bisa meraup keuntungan Rp15 juta. Artinya dalam satu momen hari raya saja, Anto bisa mengumpulkan keuntungan sampai Rp15 juta.
Sementara dalam satu tahun ada tiga hari raya yang dimanfaatkan Anto untuk mencari keuntungan. Momen hari raya memang menjadi ladang rezeki bagi para penjual petasan.
Jualan Petasan Hanya di Momen Hari Raya, Bisa Hidupi Setahun
Selasa, 30 Desember 2014 13:36 WIB