Pontianak (Antara Kalbar) - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan akan memperjuangkan agar jeruk Sambas yang kini terpuruk kembali berjaya dan menjadi pendorong meningkatnya kesejahteraan masyarakat setempat.
"Jeruk Sambas sudah dikenal sejak sebelum jaman Pak Harto (Soeharto) meski setelahnya hancur karena tata niaga," kata Daniel Johan disela kunjungan kerja dalam masa reses ke Kalimantan Barat di Pontianak, Senin.
Ia menambahkan, ketika jeruk berjaya, begitu banyak masyarakat baik Kabupaten Sambas maupun Kalbar secara keseluruhan yang merasakan dampaknya.
"Ada yang naik haji, menyekolahkan anak hingga perguruan tinggi, serta sebagainya. Ini menunjukkan bahwa jeruk berhasil membuat masyarakat sejahtera," ujar Daniel, anggota DPR RI Dapil Kalbar itu.
Selain tata niaga jeruk, serangan virus juga membuat tanaman jeruk menjadi tidak produktif. Ia pun bermaksud bertemu dengan para petani jeruk di Kabupaten Sambas untuk mengetahui kondisi terakhir secara langsung. "Nanti biar mereka direkam, dan ditayangkan di DPR saat rapat kerja," kata Wakil Sekjen DPP PKB ini.
Ia melanjutkan, saat ini Kementerian Pertanian tengah membuat program percontohan untuk tanaman jeruk. "Tetapi dilokalisir agar tidak terkena virus," kata dia. Kalau berhasil, lanjut dia, maka arealnya akan diperluas.
Ia mengakui, kelemahan dalam program penanganan virus untuk tanaman jeruk adalah ketika ada kejadian wabah mereka tidak memiliki alternatif. "Seharusnya, ada tanaman sela sebelum kembali menanam," ujar dia. Untuk itu, ia mendorong agar alokasi program padi menggunakan teknologi Hazton diperbanyak di wilayah tersebut.
Varietas jeruk siam Tebas/Sambas mempunyai ciri-ciri, yakni bulat, rasa buah manis sedikit asam, warna kulit hijau kekuningan, warna daging buah kuning, pertumbuhan tanaman rimbun dan pada usia optimal (+ 15 tahun) mencapai tinggi 4,5 meter dan mampu berproduksi mencapai 40 kg/pohon/tahun.
Keunggulan yang ada pada jeruk itu adalah rasa buah manis yang sedikit asam dan kulit lebih tebal daripada jeruk siam yang lain. Produktivitas yang tinggi dengan rata-rata 12 ton per hektare serta dapat tumbuh di dataran rendah, sesuai dengan topografi Kabupaten Sambas.