Milan (Antara Kalbar) - Ratusan demonstran antipemerintah bentrok dengan polisi di Florence, Sabtu, beberapa pekan menjelang referendum perubahan Undang-Undang yang akan menentukan masa depan politik Perdana Menteri Matteo Renzi.
Aksi protes terhadap pemerintahan Renzi dan rencana referendum kerap terjadi, tetapi sebelumnya tak pernah berujung bentrok.
Demonstran muda berpawai melintasi pusat Kota Florence mencoba mendatangi mantan walikota Tuscan itu di konvensi tahunan Partai Demokrat atau "Leopolda".
Siaran televisi menunjukkan petugas bersenjata lengkap menggunakan tongkatnya untuk mengendalikan ratusan pengunjuk rasa yang melemparkan bom asap, batu, petasan. Mereka berupaya memisahkan diri dari polisi dengan memindahkan pagar besi ke jalanan.
Kaki seorang petugas dikabarkan terluka akibat bentrok, kata media Italia.
Walikota Florence Dario Nardella mengecam insiden itu setelah menemui para demonstran yang ingin menuju lokasi Leopolda.
"Unjuk rasa merupakan hal yang baik, tetapi tak dapat diterima dan kurang terpuji jika menggunakan kekerasan," katanya depan anggota partai di atas podium.
Referendum 4 Desember yang akan dilaksanakan empat minggu lagi akan meminta persetujuan rakyat mengenai rencana mengurangi peran senat dan kuasa pemerintah daerah.
Renzi cukup aktif berkampanye mendukung rencana itu, mengingat hasil jajak pendapat memprediksi ia akan kalah.
Dalam aksi unjuk rasa itu, demonstran memegang papan bertuliskan "Tolak Renzi" dan "Tolak Leopolda".
Demonstrasi itu merupakan kritik terhadap rencana perubahan Undang-Undang yang dianggap mampu mengancam demokrasi dan berujung pada konsentrasi kuasa berlebihan.
Setidaknya hanya satu hasil yang memprediksi keberhasilan rencana perubahan UU itu dalam 33 jajak pendapat terakhir. (Uu. KR-GNT)