Washington (Antara Kalbar) - Gedung Putih diperkirakan menunjuk penasihat kebijakan senior dengan pandangan garis keras tentang imigrasi, yang baru-baru ini berdebat dengan wartawan dalam keterangan di televisi, sebagai direktur komunikasi baru, kata pejabat tinggi pemerintah, Sabtu.
Stephen Miller, karyawan senior dan penulis pidato Presiden Donald Trump, adalah calon untuk memimpin kalompok komunikasi Gedung Putih setelah serangkaian perubahan petugas dalam lebih dari enam bulan sejak Trump menjadi presiden.
Pejabat tersebut tidak mengatakan jumlah yang masuk dalam daftar pendek tersebut namun laman berita Axios melaporkan pada Sabtu bahwa Miller bukan pesaing utama.
Pada pekan lalu, Trump memecat kepala komunikasi Gedung Putih Anthony Scaramucci karena omelan tidak sopannya kepada penulis majalah "New Yorker" hanya 10 hari setelah dia ditunjuk, sehingga jabatan tersebut kosong.
Pensiunan Korps Marinir Jenderal John Kelly, kepala staf baru yang menurut sumber berusaha untuk mengatur Gedung Putih yang diramaikan dengan faksi dan fitnah, dikatakan telah merekomendasikan langkah tersebut.
Pada Juni, Mike Dubke mengundurkan diri dari jabatan direktur komunikasi dan sejak saat itu, telah ada pergantian cepat, dengan Sean Spicer menjabat sebagai pejabat direktur sampai Scaramucci ditunjuk.
Miller, yang telah menjadi penasihat utama Trump sejak kampanye kepresidenan tahun lalu, adalah mantan penasehar Jeff Sessions saat berada di Senat. Sessions sekarang adalah jaksa agung Trump.
Dia adalah salah satu perancang usulan kontroversial Trump terkait larangan kepada pengunjung dari setengah lusin negara mayoritas Muslim, yang telah memicu demonstrasi dan sejumlah tantangan hukum.
Pada Kamis, Miller memberi penjelasan kepada wartawan di Gedung Putih mengenai dukungan Trump untuk undang-undang yang akan merombak sistem imigrasi saat ini dengan menciptakan sistem berbasis keuntungan untuk mengeluarkan visa, yang mendukung imigran muda dengan pendidikan tinggi.
Dia berdebat dengan seorang reporter CNN yang menanyakan apakah kebijakan semacam itu berpotensi rasis dan bertentangan dengan nilai-nilai Amerika, dan menuduhnya memiliki bias 'prasangka'.
Sebelumnya dilaporkan Trump sekarang memusatkan perhatian untuk memangkas jumlah imigran legal di negaranya.
Niat itu muncul ke publik setelah AS melancarkan tindakan terhadap imigran ilegal, yang telah secara tajam menurunkan jumlah pelintas perbatasan ilegal dari Meksiko.
Gedung Putih memberikan dukungan terhadap rancangan undang-undang yang diusung oleh dua senator asal Partai Republik, yaitu Tom Cotton dari Arkansas dan David Perdue dari Georgia.
Jika disahkan, undang-undang itu akan memangkas jumlah imigran legal hingga 50 persen dalam waktu 10 tahun dengan mengurangi jenis hubungan keluarga yang bisa dibawa imigran ke AS.
Namun, RUU itu akan menghadapi penolakan keras menuju Kongres. Pada tingkat itu, sejumlah anggota senior asal Partai Republik mendukung reformasi bidang imigrasi secara menyeluruh, namun mereka tidak mendukung tindakan keras.
Berdasarkan atas undang-undang baru itu, yang disebut dengan RAISE Act, Amerika Serikat akan mengutamakan pendatang berkemampuan tinggi dengan membuat sistem berdasarkan atas prestasi, serupa dengan yang digunakan Kanada dan Australia.