"Festival Arakan Pengantin Melayu tahun ini diikuti oleh delapan kelompok yang terdiri dari kecamatan se-Kota Pontianak, Bank Kalbar, bahkan Kabupaten Kayong Utara turut serta dalam memeriahkan festival tersebut," kata Wali Kota Pontianak, Sutarmidji di Pontianak.
Festival Arakan Pengantin Melayu di kawasan hari bebas dari kendaraan, berlangsung mulai dari halaman Museum Negeri Provinsi Kalbar hingga Masjid Raya Mujahidin Pontianak.
Iring-iringan rombongan itu terdiri dari pasangan pengantin didampingi orang tua masing-masing, pembawa pohon manggar dan pokok telok, juga diiringi musik tanjidor serta pembawa barang-barang hantaran dari calon pengantin pria.
Dari Pantauan di lapangan ruas Jalan Ahmad Yani yang menjadi kawasan Car Free Day sontak meriah dengan iring-iringan pengantin yang diarak oleh masing-masing rombongan. Pasangan pengantin itu bukanlah pengantin sungguhan, melainkan peserta Festival Arakan Pengantin Melayu yang digelar menyambut HUT Kota Pontianak ke-246.
Sutarmidji menekankan, dalam festival arak-arakan pengantin ini bukan hanya mementingkan lombanya semata, tetapi lebih kepada melestarikan kreasi pengantin Melayu Pontianak.
Ia mengajak seluruh yang terlibat dalam kegiatan arakan pengantin, para pecinta atau pemerhati pengantin Melayu, terutama dalam segi tata rias dan busana, untuk terus berinovasi.
"Bagaimana mengkreasikan pakaian pengantin tetap berciri dan berpenampilan tradisional tapi kelihatan modern sehingga menjadi daya tarik tersendiri," ujarnya.
Pernak-pernik yang bisa menjadi pemikat bagi orang yang melihat arakan pengantin adalah warna-warna yang ditampilkan beserta aksesorisnya. Tampilannya tetap berciri khas Melayu Pontianak tapi dengan sentuhan kreasi yang bisa menjadi daya tarik bagi yang melihatnya.
"Mulai dari sepatu sampai jamang (perhiasan) itu semua bisa dikreasikan," katanya.
Tahun depan, lanjut dia, pemkot menggelar lomba dengan kriteria terpisah, yakni arakan pengantin dan khusus pasangan pengantin. Penilaiannya pada penampilan pengantin pria dan perempuan menonjolkan kreasi-kreasi yang pakem tetapi ciri khas tradisionalnya tidak hilang.
"Sebenarnya sudah ada kriteria bagaimana pengantin Melayu Pontianak, tinggal bagaimana mengkreasikannya. Itu yang penting sehingga dari kreasi itu bisa berkembang di seluruh Indonesia," katanya.
Sementara itu, salah seorang juri, Slamet Joesoef Alkadrie menyatkan, yang sangat penting dalam penilaian arakan pengantin ada tiga unsur, yakni tempat sirih, bokor uang asap dan mahar berupa perhiasan atau cincin kawin. Kendati para peserta sudah mengetahui hal tersebut, namun Simon, sapaan akrabnya, menyebut beberapa peserta mengabaikan ketiga unsur yang menjadi kriteria penilaian utama.
Bahkan, kata dia, ada peserta yang mengganti tempat sirih menggunakan barang bekas berupa tempat sabun yang terbuat dari plastik. "Tetapi kami sebagai juri tetap berpatokan pada kriteria utama yang menjadi penilaian," katanya.
Dalam Festival Arakan Pengantin itu, Bank Kalbar berhasil menjadi juara pertama, disusul Kecamatan Pontianak Utara juara kedua, dan Pontianak Timur juara ketiga. Sedangkan Pengantin Favorit diraih Kecamatan Pontianak Selatan dan Hantaran Favorit Pontianak Barat.
(U.A057/A013)