Sintang (Antara Kalbar) - Manager PLN Rayon Sintang Pamuji mengatakan sekitar 59 persen daerah di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat belum teraliri listrik.
"Daerah-daerah yang belum teraliri listrik tersebut merupakan daerah pedalaman," kata Pamuji di Sintang, Selasa.
PLN, ujar dia, terus berupaya meningkatkan rasio elektrifikasi agar masyarakat desa bisa menerima manfaat listrik. Pada tahun 2017, PLN Wilayah Kalbar memprogramkan Aggressive Marketing (Amark).
Program Amark menargetkan jumlah pelanggan baru sebanyak 5.555 orang per bulan se-Kalimantan Barat.
"Itu tujuannya menaikkan elektrifikasi tersebut. Nanti dalam satu bulan, petugas akan turun sosialisasi pasang baru ke daerah yang belum teraliri listrik setiap dua minggu sekali yakni minggu kedua dan keempat. Tahun ini kita ke lima desa, targetnya pelanggan baru dan akan segera jalan," jelasnya.
Kendati demikian, selain melalui penambahan jumlah pelanggan baru, peningkatan rasio elektifikasi sangat memerlukan suplai listrik yang dihasilkan mesin pembangkit.
Lebih lanjut Pamuji mengatakan saat ini Kabupaten Sintang masih mengalami defisit daya sebesar 1,5 MW. Dalam kondisi mesin prima, PLN hanya mampu menghasilkan kapasitas daya 22,5 Mega Watt (MW) .Sedangkan beban puncak listrik sebesar 24 MW.
Ia menjelaskan rincian 22,5 MW itu yakni 6,5 MW dari beberapa mesin milik PLTD Menyurai, 13 MW dari 13 mesin pembangkit Sewatama dan 3 MW dari tiga mesin makro.
"Jika normal ya 22,5 MW. Ada satu mesin makro kondisi tidak prima, kalau mesin itu pas rusak, paling total listrik yang dihasilkan hanya 21,5 MW saja," tutur Pamuji.
Sementara itu, terkait Hari Listrik Nasional ke-72, ia berharap masyarakat dapat membantu PLN Rayon Sintang untuk menjaga instalasi, baik dari sisi pelanggan maupun instalasi PLN.
Menurut dia, cara menjaga instalasi pelanggan adalah mengecek status kelayakan kabel selama lima tahun dan tidak melakukan penyambungan listrik secara ilegal.
Sedangkan menjaga instalasi PLN seperti melaporkan jika menjumpai alat ukur rusak, pohon yang menimpa jaringan dan tidak bermain layang -layang di dekat jaringan PLN.
Ia juga mengatakan untuk mengurangi frekuensi pemadaman bergilir, telah melakukan beberapa terobosan seperti pemeliharaan rutin dan sosialisasi ke masyarakat agar tidak menanam pohon di bawah jaringan.
"Kurangnya frekuensi pemadaman bergilir tak lepas dari kerja sama masyarakat seperti tidak menolak jika pohon di kawasan tempat tinggalnya dipangkas jika sudah terkena ke jaringan listrik, saya sangat berterimakasih sekali dengan hal itu," kata Pamuji.
Selain itu, hal yang tak kalah penting juga adalah membayar listrik tepat waktu paling lambat tanggal 20 tiap bulannya.
(T.KR-TFT/T011)
PLN : 59 Persen Wilayah Sintang Belum Berlistrik
Selasa, 31 Oktober 2017 15:31 WIB