Singkawang (Antara Kalbar) - Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Singkawang, Kismed mengatakan, tiga tahun berturut-turut dari 2015 sampai 10 Desember 2017 belum ditemukan kasus Difteri di Kota Singkawang.
"Kalau tahun 2014 silam memang ada, tapi hanya satu kasus," kata Kismed, Senin.
Menurutnya, potensi untuk terjadi KLB memang ada setiap saat, karena apabila ditemukan satu kasus saja sebenarnya sudah bisa KLB.
"Karena penyakit ini akibatnya cukup fatal, jadi kalau memang ada ditemukan kasus, maka harus cepat direspons," ujarnya.
Untuk mencegah penyakit tersebut, pihaknya sudah menekankan kepada Posyandu untuk melakukan imunisasi dasar yang lengkap kepada bayi dari usia 0-1 tahun.
Namun, masih ada warga yang menolak dan bahkan orangtua tidak mau membawa bayinya saat ke Posyandu. "Inilah kendala yang sering kita hadapi, terutama pada etnis-etnis tertentu," katanya.
Dengan tidak membawa bayinya ke Posyandu maka imunisasi yang seharusnya diberikan kepada anak tidak teratasi dengan baik.
"Padahal kita sudah sering memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dari imunisasi. Maka dari itu, kita harapkan kepada orangtua untuk rutin membawa bayinya ke Posyandu setiap bulan, dari umur lahir sampai 1 tahun setiap bulan guna mendapatkan imunisasi yang lengkap termasuklah DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)," katanya.
Menurutnya, imunisasi DPT adalah salah satu jenis bentuk vaksinasi yang wajib diberikan kepada balita. Penyakit Difteri, Pertusis, dan Tetanus, katanya lagi, adalah tiga penyakit berbeda yang masing-masing memiliki risiko tinggi dan bahkan bisa menyebabkan kematian.
"Agar anak kita terhindar dari Difteri, maka dapatkanlah imunasisasi yang lengkap di Posyandu terdekat," tuturnya.
Dia pun tak memungkiri, jika Difteri bisa menyerang para orangtua. Hal itu bisa terjadi apabila sistem kekebalan tubuhnya terdapat ada masalah, seperti stamina menurun, dan sebagainya.
"Kalau bayikan, dikarenakan sistem kekebalan tubuhnya belum mendapatkan imunisasi yang sempurna. Oleh sebab itulah harus dilakukan imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization)," katanya.
Kismed berharap, sampai akhir tahun 2017 tidak ada kasus Difteri di Singkawang.
"Karena kalau ada kasus, yang jelas kita akan repot, karena kita harus datang ke rumahnya, kemudian di sekeliling rumahnya juga harus diberi obat. Jadi tidak hanya si penderita saja, terutama yang sering kontak dengan dia (penderita)," katanya.
Intinya, tambah Kismed, guna menghindari penyebaran dari virus tersebut, terapkanlah selalu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan biasakan cuci tangan pakai sabun.
"Karena bakteri itukan menyebar di udara. Jadi sewaktu kita lagi flu atau batuk, ditangan kita ada bakterinya. Hal tersebut tentu bisa menularkan ke orang lain," ujarnya.
Jadi, bagi masyarakat yang terkena flu atau batuk, usahakanlah gunakan masker. Supaya virusnya tidak menular ke orang lain lagi.
(U.KR-RDO/N005)