Mempawah (ANTARA) - Stasiun Klimatologi BMKG Kelas II Mempawah menyatakan beberapa hari terakhir kondisi terkini terkait prospek iklim di Kalimantan Barat mengalami kekeringan.
"Kondisi tersebut dipengaruhi adanya siklon tropis "Wallace" di perairan Australia. Massa udara tertarik secara dominan ke arah siklon tersebut, sehingga curah hujan di wilayah Kalbar menjadi berkurang," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Staklim BMKG Kelas II Mempawah, Ismaharto Adi, Selasa.
Secara umum, lanjut Ismaharto, kondisi indeks Nino 3.4 pada fase El Nino lemah hingga Oktober akhir tahun 2019 mendatang. Kondisi itu berpotensi menyebabkan peningkatan jeda Hujan yang dapat berlangsung hingga menjelang pertengahan April dasarian II.
"Pada pertengahan dasarian dua hingga awal Mei itu diprakirakan hampir seluruh wilayah di Kalbar mulai terjadi peningkatan curah hujan," jelasnya.
Pada dasarian II April 2019, Ismaharto mengatakan prospek iklim mulai pertengahan dasarian hingga akhir dasarian II curah hujan diprakirakan mulai meningkat walau tidak signifikan. Namun, menurutnya masyarakat diwilayah pesisir Kalbar, seperti di pesisir Sambas, Mempawah hingga Pontianak untuk waspada.
"Karena pada wilayah pesisir tersebut diprakirakan adanya jeda hujan," sebut dia.
Berdasarkan update terkini Staklim BMKG Kelas II Mempawah, curah hujan pada 10 hari kedepan diprakirakan sebesar 50-100 mm/dasarian. Kondisi itu dipengaruhi oleh dominasi anomali suhu muka laut yang menghangat.
Sementara, Musim Kemarau yang akan melanda di bagian selatan Kabupaten Ketapang, diprakirakan akan terjadi pada Juli dasarian II.
"Kondisi ini maju satu dasarian dari normalnya. Namun, sifat musim diprakirakan normal," ujar Ismaharto Adi.
Terkait prospek iklim tersebut, Staklim BMKG Kelas II Mempawah mengimbau masyarakat mewaspadai dampak dari potensi jeda hujan. Sebab, kondisi tersebut berpotensi menimbulkan titik panas, serta berkurangnya ketersediaan air pada beberapa waktu kedepan.
Kalbar dilanda kemarau, BMKG imbau waspadai titik api
Selasa, 9 April 2019 15:14 WIB