Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Barat meluncurkan buku sejarah perkembangan bank sentral di provinsi tersebut.
Direktur BI Institut, Arlyana Abubakar yang merupakan salah satu dari lima anggota tim penyusun buku tersebut di Pontianak, Senin, mengatakan bahwa hadirnya buku sebagai dokumentasi memori institusi. "Tidak kalah penting buku ini juga untuk memperkaya kehadiran referensi pengetahuan tentang sejarah ekonomi yang kaya dengan muatan lokal dan kedaerahan," ujarnya.
Baca juga: Serangan Siber Incar Bank Sentral
Ia menjelaskan bahwa dengan peran dan sejarah BI di Kalbar dan ekonominya sejak awal yang unik, menjadikan pentingnya buku tersebut hadir.
"BI di Kalbar dan kaitannya dengan perekonomian memiliki peran penting dan memiliki sejarah panjang. Dari 46 kantor perwakilan BI di Indonesia terdapat 16 kantor perwakilan yang hadirnya unik, sehingga didokumentasikan. Kantor Perwakilan BI Kalbar merupakan yang dibukukan untuk pertama kali di Kalimantan," jelas dia.
Ia menceritakan bahwa hadirnya Kantor Perwakilan BI Kalbar berkaitan langsung dengan hadirnya De Javasche Bank Agentschap Pontianak pada 1906.
Baca juga: BI Perkuat Kerjasama Antar Bank Sentral Untuk Stabilitas Keuangan
"Dinamika yang terjadi pada perkembangan ekonomi daerah tersebut menjadi alasan kuat bagi kehadiran bank sentral sejak awal masa pemerintahan Hindia Belanda. Pembukaan De Jovasche Bank Agenschap Pontianak pada tahun 1906 merupakan kantor cabang ketiga di Pulau Jawa. Padang dan Makassar," jelasnya.
Episode yang bersejarah ini kemudian berlanjut pada peristiwa setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan. Di mana menjadi momentum awal rencana nasional De Jovasche Bonk menjadi Bank Indonesia (1953), termasuk di dalamnya dengan kantor cabang Pontianak yang kini berstatus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kalbar.
"Dengan hadirnya Kantor Perwakilan BI Kalbar melihat bahwa Kalbar sejak dulu memiliki peranan strategis. Hal itu karena saat itu ada jaringan perdagangan dari hulu dan hilir. Komoditas karet dan kopra menjadi andalan. Aktivitas perdagangan internasional ramai," kata dia.
Baca juga: BI: Jalan Redenominasi Masih Panjang
Ia berharap melalui buku yang membahas dengan detail kontribusi Bank Indonesia dalam menjaga kedaulatan ekonomi Indonesia dan kedaulatan rupiah di sepanjang garis perbatasan bisa menginspirasi banyak pihak.
Baca juga: Bank Sentral se-ASEAN Sepakati Integrasi Keuangan Bersama
Baca juga: Inggris: ECB Harus Mainkan Peran Lebih Besar