Universitas Udayana uji coba penggunaan robot COVID-19
Jumat, 10 Juli 2020 18:15 WIB
Denpasar (ANTARA) - Universitas Udayana melakukan uji coba sebuah robot COVID-19 yang nantinya akan digunakan untuk membantu petugas medis yang bertugas dalam penanganan COVID di RS PTN Unud.
"Robot COVID ini tugasnya membantu paramedis membawakan logistis seperti APD, mengecek temperatur suhu, tensi daripada pasien, dan dokter hanya duduk di ruangan sebagai operator, sementara robotnya bisa bergerak menuju ruang pasien," kata Ketua Pembina UKM Robotec Unud, I Wayan Widhiada saat ditemui di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan pembuatan robot ini dilakukan karena untuk menyelesaikan masalah dan mengurangi jumlah petugas kesehatan yang terpapar COVID-19.
Robot COVID akan bekerja dengan menggunakan wifi, untuk berkomunikasi yang tersambung di layar robot ini. Kemudian, antara pasien dengan dokter bisa berkomunikasi langsung saat itu juga.
Selain itu, robot COVID bisa melakukan pengecekan suhu, melihat tekanan darah yang dimonitor oleh dokter yang bertugas. "Berapa suhunya, berapa tensinya sudah bisa langsung komunikasi antara pasien dengan dokter dan dokter bisa membaca langsung hasilnya," jelasnya.
Untuk pembuatan robot COVID dibagi ada beberapa bagian yang tidak bisa terpisahkan. Pertama, memperhatikan bagian mechanical body , electrical, termasuk microcontroller dan aspek penting lainnya.
Dalam melakukan kontrol untuk program komputernya tetap menggunakan remote control sebagai navigasi dan juga aliran informasi itu menggunakan sinyal radio.
I Wayan Widhiada mengatakan jarak antara robot dan dokter bisa sampai 500 meter yang bekerja dengan frekuensi sinyal radio. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan robot COVID yaitu satu bulan.
"Perbedaan robot ini dengan robot lainnya itu, untuk kelebihannya kita bisa cek langsung suhu maupun tensi dari pasien sementara yang lain itu tidak bsa mengukur. Tugas lainnya itu sama membawa logistik, APD dan lainnya," katanya.
Menurut Ketua Team Ratna Developer Team, I Gede Feryanda Frasiska, mengatakan pembuatan robot COVID dikerjakan oleh 10 orang mahasiswa Teknik Elektro dan Teknik Mesin dalam waktu satu bulan.
"Bobotny kurang lebih 15 kg, tapi sebenarnya ini masih dalam proses penyempurnaan. Unsur-unsur penting didalamnya seperti alat komunikasi, penggerak robot, dan alat-alat kedokteran," jelasnya.
Ia menambahkan untuk keunggulannya itu bisa mengurangi kontak langsung karena sudah dikontrol dari jarak jauh. Sedangkan kekurangannya dari segi bentuk masih agak kaku, dan akan disempurnakan lagi agar lebih ramah dan mudah dikendalikan operator.
Baca juga: Kantor Staf Presiden salurkan bantuan robot "pembunuh" virus corona
"Robot COVID ini tugasnya membantu paramedis membawakan logistis seperti APD, mengecek temperatur suhu, tensi daripada pasien, dan dokter hanya duduk di ruangan sebagai operator, sementara robotnya bisa bergerak menuju ruang pasien," kata Ketua Pembina UKM Robotec Unud, I Wayan Widhiada saat ditemui di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan pembuatan robot ini dilakukan karena untuk menyelesaikan masalah dan mengurangi jumlah petugas kesehatan yang terpapar COVID-19.
Robot COVID akan bekerja dengan menggunakan wifi, untuk berkomunikasi yang tersambung di layar robot ini. Kemudian, antara pasien dengan dokter bisa berkomunikasi langsung saat itu juga.
Selain itu, robot COVID bisa melakukan pengecekan suhu, melihat tekanan darah yang dimonitor oleh dokter yang bertugas. "Berapa suhunya, berapa tensinya sudah bisa langsung komunikasi antara pasien dengan dokter dan dokter bisa membaca langsung hasilnya," jelasnya.
Untuk pembuatan robot COVID dibagi ada beberapa bagian yang tidak bisa terpisahkan. Pertama, memperhatikan bagian mechanical body , electrical, termasuk microcontroller dan aspek penting lainnya.
Dalam melakukan kontrol untuk program komputernya tetap menggunakan remote control sebagai navigasi dan juga aliran informasi itu menggunakan sinyal radio.
I Wayan Widhiada mengatakan jarak antara robot dan dokter bisa sampai 500 meter yang bekerja dengan frekuensi sinyal radio. Waktu yang dibutuhkan dalam proses pengerjaan robot COVID yaitu satu bulan.
"Perbedaan robot ini dengan robot lainnya itu, untuk kelebihannya kita bisa cek langsung suhu maupun tensi dari pasien sementara yang lain itu tidak bsa mengukur. Tugas lainnya itu sama membawa logistik, APD dan lainnya," katanya.
Menurut Ketua Team Ratna Developer Team, I Gede Feryanda Frasiska, mengatakan pembuatan robot COVID dikerjakan oleh 10 orang mahasiswa Teknik Elektro dan Teknik Mesin dalam waktu satu bulan.
"Bobotny kurang lebih 15 kg, tapi sebenarnya ini masih dalam proses penyempurnaan. Unsur-unsur penting didalamnya seperti alat komunikasi, penggerak robot, dan alat-alat kedokteran," jelasnya.
Ia menambahkan untuk keunggulannya itu bisa mengurangi kontak langsung karena sudah dikontrol dari jarak jauh. Sedangkan kekurangannya dari segi bentuk masih agak kaku, dan akan disempurnakan lagi agar lebih ramah dan mudah dikendalikan operator.
Baca juga: Kantor Staf Presiden salurkan bantuan robot "pembunuh" virus corona