Pontianak (ANTARA) - Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Pusdalops BNPB) menyatakan bahwa bencana banjir telah menggenangi sebanyak 15 desa di dua kecamatan, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.
"Banjir dipicu salah satunya intensitas hujan tinggi dan berlangsung cukup lama, dengan tinggi muka air genangan beragam dari 50 hingga 250 centimeter, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ketapang hingga saat ini masih melakukan pendataan kerugian dan populasi terdampak banjir itu," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati dalam keterangan tertulis kepada ANTARA di Pontianak, Rabu.
Dia menjelaskan, Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (TRC BPBD) Kabupaten Ketapang, saat ini dengan sigap melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan pihak terkait.
Selama penanganan darurat di lokasi, kata dia, petugas menghadapi kendala akses komunikasi untuk mendapatkan informasi dari beberapa titik banjir. Selain itu, penambahan perahu karet untuk menembus akses lokasi terdampak sangat dibutuhkan.
BPBD setempat mengidentifikasi kebutuhan yang perlukan antara lain, perahu karet, bantuan logistik dan telepon satelit.
"Kabupaten Ketapang termasuk wilayah dengan tingkat risiko bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi. Setidaknya ada 20 kecamatan yang berisiko banjir pada kategori tersebut dengan luas mencapai lebih dari 800 ribu hektare. Masih dari analisis InaRISK, sebanyak 270.530 jiwa merupakan populasi yang memiliki potensi terpapar bahaya banjir di 20 kecamatan tersebut," ujarnya.
Sedangkan analisis cuaca Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini cuaca pada 23 September 2020 untuk wilayah Kalbar, yakni wilayah dengan potensi hujan lebat dan dapat disertai kilat/petir serta angin kencang.
Beberapa wilayah di Kalimantan lain perlu diwaspadai dengan potensi cuaca yang sama, seperti di Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Dia menambahkan, terkait dengan potensi bahaya banjir di kawasan tersebut, masyarakat diimbau selalu waspada dan siap siaga. Hal tersebut sangat diperlukan karena pandemi COVID-19 masih berlangsung.
"Apabila harus melakukan evakuasi dan mengungsi, warga diharapkan dapat tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dengan tepat serta memastikan masker cadangan dan perlindungan agar masker tetap aman digunakan sesuai ketentuan yang berlaku," demikian Raditya Jati.