Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. DR dr. Ketut Suastika mengatakan, ada sejumlah gejala yang bisa dikenali untuk mendeteksi kondisi seseorang dengan diabetes, tetapi gejala ini tak selalu jelas.
"Diabetes penyakit kronik yang ditandai peningkatan kadar glukosa darah dengan gejala klasik seperti banyak makan, banyak minum, banyak kencing dan berat badan turun. Gejala tidak selalu jelas terkadang pasien sudah jatuh pada komplikasi," kata dia dalam virtual media gathering bertema "Pantang Menyerah, Siaga Gula Darah", hasil kerja sama PERKENI dan Good Doctor Technology Indonesia, Senin.
Di sisi lain, terkadang gejala antara satu pasien dan lainnya tidak sama sehingga pemeriksaan kadar gula darah menjadi anjuran dokter. Pemeriksaan ini bisa dilakukan acak atau sewaktu-waktu, saat berpuasa, atau menjalani tes HbA1c.
Baca juga: Diabetes bisa menyerang siapa saja termasuk milenial
Sebelumnya, Presiden Pengurus Besar Persatuan Diabetes Indonesia (PB PERSADIA) Dr. dr. Sony Wibisono menuturkan, pemeriksaan gula darah bisa dilakukan setahun sekali (jika tak ada riwayat keluarga dengan diabetes), sekaligus melakukan pemeriksaan medis menyeluruh.
"Kalau masih normal semua, periksa mungkin bisa 2-3 tahun sekali. Tetapi kalau sudah ada faktor risiko sedang atau berat, jangan setahun, bisa lebih rapat lagi misalkan 6 bulan atau 3 bulan sekali," tutur dia.
Dari sisi faktor risiko, seseorang bisa terkena diabetes antara lain jika mengalami obesitas, malas berolahraga dan riwayat keluarga dengan diabetes.
Jika terlanjur terkena diabetes, maka pengelolaan atau manajemen penyakit menjadi penting agar tak muncul komplikasi seperti penyakit jantung dan stroke.
Baca juga: Penderita diabetes dilarang berolahraga, mitos atau fakta?
Prof. Suas merekomendasikan penderita berusaha mengilangkan gejala dengan memperbaiki kadar gula darah seperti menerapkan diet sehat, melakukan aktivitas fisik, berhenti merokok dan perawatan psikologis.
Asupan makanan yang dianjurkan komposisinya terdiri dari karbohidrat 45-60 persen, protein 10-20 persen, lemak 20-25 persen (lemak jenuh kurang dari 7 persen, lemak tak jenuh kurang dari 10 persen), cukup vitamin dan mineral, serta natrium kurang dari 2300 mg per hari. Setiap harinya, dibutuhkan kalori basa 25-30 kcal per berat badan ideal (rumus berat badan ideal yakni: 90 persen {tinggi badan dalam satuan cm -100} x 1 kg).
Sementara untuk aktivitas fisik, Prof Suas menganjurkan jenis aerobik mulai 10 menit lalu ditingkatkan sampai 30 menit per hari dan dilakukan 4 kali dalam seminggu.
"Kalau gula darah masih tinggi bisa dengan obat-obatan, tetapi ini sangat kompleks. Saya anjurkan pasien berkonsultasi dengan dokter. Setiap individu itu khas, diabetes tidak semua sama (pada setiap penyandangnya) misal, ada saraf rusak, ada usia lanjut, dipilih obat sesuai," kata dia.
Baca juga: Penelitian di India, kadar gula penderita diabetes naik saat COVID-19
Baca juga: 6 bahan alami ini bisa digunakan sebagai pengganti gula
Baca juga: Enam persen warga Pontianak idap diabetes