Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai perdagangan Indonesia mengalami surplus 2,66 miliar dolar AS dengan total nilai ekspor 15,28 miliar dolar AS dan nilai impor sebesar 12,66 miliar dolar AS.
“Surplus ini menggembirakan karena adanya kenaikan ekspor secara month on month (mom) sebesar 6,34 persen, sementara impornya juga meningkat 17,4 persen mom, meskipun secara year on year (yoy) masih mengalami penurunan,” kata Kepala BPS Suhariyanto pada konferensi pers virtual, Selasa.
Suharyanto memaparkan, surplus neraca perdagangan RI dan perbaikan ekspor pada November 2020 ditunjang oleh naiknya permintaan dan naiknya harga komoditas andalan, terutama batubara dan minyak sawit.
Adapun berdasarkan komoditasnya, maka penyumbang terbesar ekspor bulan ini adalah lemak dan minyak hewan, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Perdagangan Indonesia mengalami surplus dengan beberapa negara, di antaranya dengan Amerika Serikat surplus 948,7 juta dolar AS, dengan India surplus 603,8 juta dolar AS, dan Filipina surplus 533,4 juta dolar AS.
Kendati demikian, perdagangan RI dengan beberapa negara masih mengalami defisit, seperti dengan Tiongkok defisit 572,6 juta dolar AS, dengan Hong Kong defisit 198 juta dolar AS, dan dengan Australia defisit 142,6 juta dolar AS.
Dengan demikian, neraca perdagangan barang sepanjang Januari-November 2020 mengalami surplus 19,66 miliar dolar AS. Posisi tersebut jauh lebih menggembirakan jika dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang angkanya defisit 3,5 miliar dolar AS.
“Jika saya simpulkan, performa neraca perdagangan RI november 2020 sangat menggembirakan,” ujar Suhariyanto.