Pontianak (ANTARA) - Meningkatnya minat masyarakat Indonesia menjadi investor saham di saat pandemi ditunjang semakin mudahnya bertransaksi perlu diikuti dengan kewaspadaan terhadap berbagai modus penipuan yang kini mengintai.
"Modus penipuan yang mengincar investor saham semakin canggih dan beragam dengan sasaran investor-investor baru di daerah. Ada berbagai modus penipuan yang menargetkan para investor saham," tegas Head of Marketing PT Indo Premier Sekuritas, Paramita Sari dalam rilis yang diterima di Pontianak, Selasa.
Ia pun menjelaskan awalnya sasaran utama para penipu adalah membobol akun para investor dengan mengincar username, password dan secure PIN yang sifatnya pribadi atau personal. Salah satunya juga dialami PT Indo Premier Sekuritas, dimana ada beberapa kasus dengan modus seperti itu.
Penipu biasanya menghubungi korban dengan mengaku sebagai karyawan resmi Indo Premier atau IPOT yang meminta username, password, secure PIN, dan data pribadi penting lainnya. Padahal data-data ini sifatnya pribadi dan tidak boleh diketahui pihak lain. Indo Premier tidak pernah meminta username, password dan secure PIN karena ini sifatnya pribadi.
Tak hanya berhenti di situ, modus penipuan pun memiliki wajah baru dimana penipu menduplikasi akun-akun resmi Instagram (IG) sekuritas yang sudah centang biru dengan akun-akun palsu yang secara tampilan dan isi sama persis.
"Mereka awalnya mem-follow akun-akun yang baru bergabung. Jadi jangan heran, begitu join dengan akun resmi @indopremier akan langsung difollow oleh berjibun akun-akun fake ini," imbaunya.
Penipu dengan akun IG palsu mengincar korban dengan men-DM sobat IPOT yang baru follow @indopremier. Penipu bertindak seolah-olah ingin memberikan bantuan atau pertolongan.
Penipu beraksi dengan meminta data-data pribadi, mulai nomor telepon, hingga meminta foto ATM yang ujung-ujungnya juga melakukan penipuan dengan meminta korban mentransfer sejumlah uang ke rekening penipu. Ada banyak cara yang dilakukan penipu untuk mendapatkan nomor kontak korban dan melancarkan aksinya.
Dalam menjalankan aksinya penipu menghubungi korban dan dengan nada manis mereka seolah-olah ingin memberikan bantuan yang ujung-ujungnya meminta korban mentansfer sejumlah uang ke rekening atau virtual account (VA) penipu.
“Satu-satunya tujuan transfer dana untuk investasi hanya ke Rekening Dana Nasabah (RDN) atas nama nasabah sendiri, bukan ditransfer ke rekening apa pun selain RDN sendiri,” ujar dia.
Paramita pun mengimbau para investor dan calon investor di IPOT untuk semakin waspada dengan berbagai modus penipu di tengah pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang menghalalkan berbagai cara untuk menipu. Apalagi, saat ini penipu telah menyasar para korban di daerah.
"Kalau selama ini korban lebih banyak yang ada di kota-kota besar, saat ini penipu mengincar investor dan calon investor yang ada di daerah seiring dengan tumbuhnya investor-investor pemula di daerah. Oleh sebab itu, edukasi terkait ancaman nyata para penipu ini perlu digencarkan untuk diketahui secara luas oleh investor dan calon investor biar tidak ada korban-korban baru," kata dia.
Ia pun mengingatkan investor dan calon investor IPOT untuk makin waspada dan hati-hati. Ketika menemukan kejanggalan atau mengalami kendala tertentu terkait investasi saham, sebaiknya segera menghubungi call center resmi atau channel layanan lainnya seperti email dan akun resmi medsos bercentang biru serta yang terpenting selalu menjaga kerahasiaan data-data yang sifatnya personal.
Jumlah investor saham di masa pandemi tumbuh signifikan. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang terbaru memperlihatkan jumlah investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per 19 November 2020 sudah mencapai 1.503.682 dan khusus pada masa pandemi Covid-19 terjadi penambahan 417.366 Single Investor Identification (SID) atau naik sebesar 28 persen sepanjang 2020.
Angka-angka pertumbuhan ini menunjukkan bahwa investasi saham menjadi pilihan investasi masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia di tengah ancaman pandemi Covid-19. Daya tarik masyarakat Indonesia untuk berinvestasi saham yang terus meningkat ini tertopang oleh kemudahan dan keterjangkauan modal dalam investasi saham.