"Itu terjadi karena anak terlebih dahulu sudah mendapatkan rasa aman dan nyaman dari orangtuanya," kata dia saat diskusi daring dengan tema "Kekuatan pelukan" yang dipantau di Jakarta, Minggu.
Ia mengatakan anak-anak yang terbiasa dipeluk oleh orangtuanya menganggap perisakan atau perundungan tadi sebagai hal yang biasa sehingga mereka lebih siap ketika bergaul.
Artinya, lanjut dia, anak-anak yang sudah mendapatkan kekuatan pelukan tadi menganggap perisakan bukan suatu beban yang besar atau bisa mengakibatkannya stres.
"Jadi dia merasa tidak diserang ketika dibuli," kata lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut.
Lebih jauh, Dewi mengibaratkan anak-anak yang terbiasa dipeluk tadi telah memiliki kuda-kuda yang kokoh. Sehingga bila ada serangan, maka ia tidak akan mudah jatuh atau roboh.
Selain itu, anak yang biasa dipeluk tadi akan memiliki empati pada orang lain, lebih menghargai diri sendiri dan tidak gampang stres. Bagi orangtua yang anaknya sudah beranjak remaja, ia tetap menyarankan hal itu dilakukan namun dengan cara bertahap.
Sebab, anak akan kaget ketika orangtua mereka tiba-tiba memeluk. Dengan memulai pelukan pada anak, maka hubungan atau kedekatan antara anak dan orangtua lebih kuat lagi.
Perlu juga diketahui, anak yang sudah terbiasa mendapatkan pelukan dari orangtua maka memiliki kepribadian lebih matang. Selain itu, mereka juga akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah.
"Sebab anak sudah memiliki bekal aman dan nyaman dari kekuatan pelukan tadi," katanya.