Samarinda (ANTARA) - Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Hadi Mulyadi mengatakan metode pembayaran menggunakan quick response code Indonesian standard (QRIS) menjadi solusi para pelaku usaha untuk bertransaksi pada masa pandemi COVID-19.
Hadi Mulyadi mengharapkan metode pembayaran nontunai ini bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Kaltim, mengingat dapat menghindari kontak langsung saat bertransaksi sehingga memperkecil risiko penyebaran virus corona.
Menurut dia, bertransaksi menggunakan QRIS merupakan bagian dari modernisasi, transformasi, dan digitalisasi bidang perindustrian dan perdagangan.
"Bertransaksi seperti ini (QRIS) lebih praktis dan mudah," kata Wagub Hadi di Samarinda, Minggu.
Hadi meyakini dengan menggunakan QRIS, maka UMKM bisa mengikuti tren dan meningkatkan penjualan, apalagi saat ini tren pembayaran menggunakan nontunai sedang tinggi.
Baca juga: BI Kalbar kenalkan QRIS sasar daerah perbatasan Entikong
Ia menambahkan metode pembayaran ini bisa dilakukan para pelaku usaha dengan berjualan secara luar jaringan atau bertransaksi langsung maupun secara dalam jaringan. Pola ini tidak mengenal ruang, waktu, dan tempat
"Memang sudah saatnya pelaku UMKM bisa melakukan pola QRIS. Silahkan bertransaksi di mana saja dan kapan saja," ungkap mantan legislator Senayan ini.
Sementara itu, Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kaltim Tutuk SH Cahyono menjelaskan pihaknya selalu mendorong dan membina pelaku UMKM di Kaltim agar terus meningkatkan kualitas produk UMKM, termasuk pola bertransaksi secara digital.
"Kami, jajaran Bank Indonesia sedang gencar-gencarnya menyosialisasikan sistem pembayaran secara nontunai alias digital, termasuk QRIS bisa bagi pelaku UMKM," ujar Tutuk.
Ia menambahkan produk UMKM unggulan Provinsi Kaltim yang telah terkurasi dan terdaftar secara online pada E-Catalog UMKM Lamin Etam.
Menurut Tutuk, pembayaran menggunakan QRIS semakin diterima pads banyak kegiatan masyarakat mulai dari pasar tradisional, tempat ibadah, universitas dan sekolah, tempat wisata, hingga tempat belanja lainnya.
Upaya yang dilakukan Bank Indonesia bersama pemerintah dan stakeholder membuat Kalimantan Timur paling tinggi penggunaan QRIS dibandingkan provinsi di Kalimantan lainnya.
Baca juga: BI sosialisasi penerapan QRIS kepada 100 UMKM Singkawang
"Paling tinggi di Samarinda, disusul Balikpapan," tukas Tutuk.
Berdasarkan data DKSP BI per 15 Januari 2021, Kalimantan Timur mengungguli 5 provinsi lainnya untuk perkembangan QRIS di Kalimantan.
Jika dirinci, Kaltim memiliki 99.157 merchant disusul oleh Kalsel sebanyak 60.112 merchant, Kalbar dengan 58.790 merchant, Kalimantan Tengah sebanyak 34.688 merchant, dan Kaltara memiliki 11.057 merchant QRIS.
Khusus di Kaltim, terjadi peningkatan jumlah merchant QRIS sebesar 455,26 persen.
Yaitu dari 21.278 merchant pada Desember 2019 menjadi 96.870 merchant pada Desember 2020.
Baca juga: QRIS di Kalbar capai 65 ribu merchant
Baca juga: BI Kalbar luncurkan program pasang QRIS untuk 1.000 UMKM di Kabupaten Kubu Raya
Baca juga: BI Kalbar batalkan puncak Pekan QRIS Nasional