Pontianak (ANTARA) - Tanaman kelapa sawit menjadi salah satu sumber pendapatan yang menjanjikan bagi sejumlah petani di Kabupaten Kayong Utara saat pandemi COVID-19 mengingat harganya terus meningkat saat ini.
Salah satunya Abdul Ajis, warga Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara yang memanfaatkan lahan tidur miliknya untuk menanam sawit kini mampu menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya.
"Sudah 7 tahun umur kelapa sawit yang saya tanam di belakang rumah, sekali panen itu biasanya 500-600 kilogram," kata Abdul Ajis saat dihubungi di Kayong Utara, Minggu.
Ajis yang juga bekerja di perusahaan sawit itu mengungkapkan, buah dari kesabarannya untuk merawat sawit yang sebelumnya kurang diminati masyarakat tersebut telah berhasil menyelesaikan anak- anaknya sekolah.
Ia bersyukur dari hasil jerih payah nya tersebut, tiga anaknya dapat melanjutkan pendidikan hingga SMA. Saat ini dua anaknya sudah selesai tamat SMA. Sedangkan yang satunya kelas 5 SD.
Menurut dia, di tengah ketidakpastian harga tanaman jenis lainnya di pasar membuat warga berangsur - angsur mengikuti jejaknya untuk menanam sawit dengan memanfaatkan lahan tidur yang ada. Bahkan lahan produktif mereka ada yang diganti dengan tanaman yang banyak mengandung minyak nabati tersebut.
"Kalau dulu banyak pohon karet disini, sekarang banyak diganti dengan sawit," ungkap dia.
Lahan yang ia tanam kurang lebih satu hektare lebih tersebut juga dimanfaatkan untuk mengedukasi dan mengenalkan sawit kepada anak - anaknya untuk meneruskan merawat yang menurutnya sangat menjanjikan ke depannya tersebut.
"Kalau hari libur seperti masa COVID-19 ini, saya selalu ajak anak saya untuk belajar cara merawat dan memanen nya agar kelak dia bisa mengembangkan tanaman yang tidak cerewet tersebut," kata dia.
Di awal tahun ini, Ajis memperluas tanaman sawitnya sehingga mencapai 2 hektare dengan asumsi jika buah sudah produktif semua bisa mencapai 2 ton dalam satu kali panen.
Saat ini saja dalam satu tandan itu ada yang berat 15 kilogram. Ia memastikan kalau dirawat dengan baik bisa mencapai 20 kilogram per janjangnya.
Menurutnya wabah pandemi COVID-19 tidak mempengaruhi harga Tandan Buah Segara (TBS) bahkan mengalami kenaikan beberapa kali sejak tahun 2020 hingga 2021 saat ini.
Sebelumnya harga TBS sempat Rp900 dan berangsur naik ke angka Rp1.200 sampai sekarang Rp1.500 per kilogram tingkat petani.
Pria kelahiran 1977 tersebut memberikan tips agar dalam menanam sawit masyarakat memperhatikan bibit sawit harus yang bersertifikat dan menghindari lahan gambut karena rawan terjadi kebakaran.
Hal itu menurutnya sudah banyak yang sudah terjadi, akibat menanam sawit di gambut tanaman yang diusahakan habis terbakar. Sehingga lahan gambut lebih baik dihindari jika tidak ditangani dengan baik.
Jenis tumbuhan yang masuk dalam genus Elaeis juga biasanya diolah masyarakat menjadi sayuran yang cukup enak terutama umbut dari sawit tersebut yang biasa dihidangkan untuk acara - acara besar seperti pesta pernikahan.
Bentuk dan warna umbut sawit yang tidak jauh berbeda dengan rebung ini sering dimanfaatkan warga untuk diolah terutama pada sawit yang tidak produktif lagi.
"Tapi dibanding rebung masih manis umbut sawit lagi," ujar dia.
Tidak heran, umbut sawit di Simpang Hilir Kayong Utara menjadi pilihan utama saat acara besar selain rasanya yang tidak boleh diragukan juga mudah didapatkan serta murah meriah karena banyak ditanam di sekitar lingkungan
"Cukup satu batang sawit sudah banyak umbut yang kita dapat untuk satu acara besar," terangnya.
Melihat perkembangan perkebunan sawit yang terus meningkat terutama berdampak positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah wabah COVID-19 di Kayong Utara membuat luas lahan sawit di negeri bertuah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hadirnya ekspansi sawit besar - besaran di Indonesia juga mengurangi pengangguran di pelosok tanah air dan membuka peluang usaha baru bagi pengepul di Kayong Utara. Usaha yang menjanjikan membuat pengepul semakin berkembang dengan beragam armada angkutan roda empat baik pick up maupun dump truk sibuk bolak balik keluar masuk kampung untuk mencari TBS.
"Alhamdulillah, saya biasanya mengambil buah di Simpang Hilir sudah ada langganan beberapa warga yang menanam sawit, paling kecil Rp800.000 sampai Rp900.000 bisa dapat keuntungan bersih dalam satu DT (Dum truk)," kata salah satu tengkulak Adi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021 luas lahan perkebunan sawit di Kayong Utara mencapai 45 ribu hektare ada peningkatan sebesar 2 ribu hektare dari tahun 2019 yang hanya memiliki luas 43 ribu hektare.
Dan Kecamatan Simpang Hilir menjadi kecamatan terluas perkebunan kelapa sawit yang mencapai 32 ribu hektare.
Hal ini pun berdampak pada hasil TBS sawit yang naik drastis dari tahun 2019 hanya 60 ribu ton menjadi 300 ribu ton di tahun 2020. Kecamatan Simpang Hilir berada di urutan pertama penghasil terbesar TBS sawit dengan menghasilkan 163 ribu ton di tahun 2020 disusul Kecamatan Seponti dengan hasil 160 ribu ton di tahun yang sama.
Kontribusi sawit
Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kalbar Heronimus Hero menyebutkan kontribusi kelapa sawit di Kalbar untuk berbagai aspek menurutnya tidak perlu diragukan. Pasalnya untuk saat ini baik dari sisi perusahaan dan petani swadaya sudah merasakan komoditas tersebut terus menjanjikan.
Sejauh ini menurutnya produksi TBS di Kalbar mencapai 13 juta ton dan CPO 3,4 juta ton per tahun. Luas tanam sawit saat ini sudah mencapai 1,9 juta hektare yang tersebar di Kalbar.
Menurutnya, siklus hasil dari ekspor CPO di Kalbar sendiri saat Rp30 triliun per bulan. Hanya saja untuk peningkatan kontribusi kelapa sawit bagi daerah itu harus tetap dimaksimalkan. Hal itu karena selama ini semua yang dihasilkan di bumi khatulistiwa ini diekspor dari pelabuhan luar termasuk CPO. Sehingga penerimaan bagi hasil pajak ekspor tidak ada.
“Nah, dengan hadirnya Pelabuhan Kijing ini tentu menjadi daya ungkit untuk penerimaan pajak terutama dari CPO Kalbar," kata dia.
Dari sisi dana tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan sawit di Kalbar dipastikan sudah banyak menyalurkan. Sehingga mampu mendorong di daerah perkebunan semakin baik seperti untuk akses jalan, pendidikan, kesehatan dan lainnya.
Terkait harga CPO di Kalbar berdasarkan hasil penetapan harga yang dilakukan setiap dua kali dalam satu bulan, Periode I Maret 2021 sudah mencapai Rp9.541,48 per kilogram.Sedangkan untuk periode sebelumnya yakni harga CPO Rp9.141,40 per kilogram.
Untuk harga karnel (PK) sendiri pada Periode I Maret 2021 Rp6.668,94 per kilogram. Sedangkan periode sebelumnya Rp6.641,41 per kilogram. Kemudian untuk harga TBS untuk harga tertinggi di umur 10-20 tahun pada Periode I Maret 2021 mencapai Rp2.155,17 per kilogram.