Frankfurt (ANTARA) - Kasus baru COVID-19 sudah melonjak di seluruh Eropa dalam beberapa hari terakhir yang memaksa beberapa negara Eropa untuk kembali memberlakukan pembatasan.
Kebangkitan pandemi, yang sebagian besar diakibatkan varian Omicron dan WHO telah menetapkannya sebagai varian yang diwaspadai, telah meningkatkan kekhawatiran akan pemulihan ekonomi di Eropa
Perhatian Serius
Inggris telah menyaksikan kenaikan dramatis infeksi akibat Omicron dengan kasus harian meroket hingga 19,4 juta pada Rabu.
Data itu merupakan tanda bahwa Omicron menyebar dengan cepat di Inggris meskipun, faktanya, 82,6 persen penduduknya berusia 12 tahun dan lebih sudah menerima dua dosis vaksin COVID-19.
Pusat untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Eropa sudah menyuarakan perhatian serius tentang varian Omicron.
Dalam penilaian risiko terbarunya yang diterbitkan pada medio Desember, badan itu memperingatkan ada indikasi bahwa penularan lokal sedang terjadi di Eropa dan kenaikan cepat jumlah kasus Omicron diperkirakan terjadi dalam dua bulan mendatang.
Beberapa bentuk perlindungan dan pembatasan sudah diberlakukan di sebagian besar negara-negara Eropa, menurut badan tersebut.
Di Belanda, penguncian atau lockdown telah diberlakukan. Restoran, bar, kebun binatang, taman, juga toko-toko nonesensial ditutup dan orang-orang sudah diminta untuk tinggal di rumah selama mungkin sampai 14 Januari 2022.
Di Prancis, orang-orang diwajibkan untuk kerja dari rumah selama tiga hari dalam seminggu. Jerman memperketat pembatasan pada akhir 2021 dengan menutup kelab, bar, dan membatasi kontak.
Efek Domino
Babak terakhir dari pembatasan hampir pasti akan membebani aktivitas ekonomi. Efek pembatasan akan menimbulkan risiko yang bahkan lebih besar terhadap pemulihan ekonomi di Eropa.
Komisi Eropa (EC) mengatakan bahwa kebangkitan pandemi ditambah dengan kekurangan tenaga kerja telah memperparah gangguan rantai pasok di industri manufaktur di Eropa.
Jika kemacetan pasokan berlanjut dan menjadi lebih buruk, negara-negara Eropa yang sangat bergantung pada industri manufaktur akan terus menderita.
Bagi industri otomotif Jerman, situasi tersebut menunjukkan sedikit tanda pelonggaran. Kemacetan pasokan untuk produk perantara terus berlanjut dan produsen telah melaporkan bisnis internasional yang goyah, kata Institut Penelitian Jerman, Ifo, dalam siaran pers, Rabu.
Babak terakhir dari infeksi Omicron akan berdampak pada rencana Eropa untuk mengendalikan defisit utang dan anggarannya.
Uni Eropa (EU) sementara menangguhkan aturan pagu utang 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan defisit anggaran di bawah tiga persen untuk memerangi pandemi COVID-19.
Defisit pemerintah di kawasan Eropa berkisar 7,2 persen dari PDB dan utang pemerintah mencapai 97,3 persen dari PDB di 2020, ungkap statistik EU pada Oktober tahun lalu.
Utang publik diperkirakan menyentuh 100 persen dari PDB untuk kawasan Eropa pada 2021.
Pandemi yang berkepanjangan berarti EU kemungkinan memperpanjang penangguhan aturan fiskal di 2022 dan membiarkan negara-negara anggotanya untuk membelanjakan lebih banyak dari biasanya guna menjaga bisnis tetap bertahan.
Secercah Harapan
EC menepis kebangkitan pandemi dan memberikan prakiraan optimistis tentang pemulihan ekonomi di EU pada November.
PDB di kawasan Eropa akan naik lima persen di 2021 dan 4,3 persen di 2022, menurut prakiraan EC.
Pihaknya menambahkan bahwa utang dan defisit publik akan turun.
Optimisme EC tentang pemulihan ekonomi di EU didukung oleh perbaikan beberapa indikator.
Terdapat tanda-tanda penurunan biaya pengiriman pada Desember yang mengindikasikan gangguan pada sektor logistik semakin membaik.
Hasil terbaru survei Purchasing Manager Index secara global oleh perusahaan peneliti pasar IHS Markit menunjukkan bahwa kekurangan semikonduktor telah berkurang sejak Januari tahun lalu, kata Chris Williamson, ketua ekonom bisnis IHS Markit.
Indikator secara real time menyarankan bahwa aktivitas manufaktur kembali dimulai di kawasan Eropa di Triwulan IV dan akan ada pemulihan yang lebih kuat di Februari atau Maret 2022, menurut laporan S&P Global Ratings, satu dari perusahaan pemeringkat utama di dunia pada November.
Sumber: Xinhua