Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan akan terus mewaspadai risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2023 di tengah risiko pelemahan ekonomi global, sembari tetap mempertahankan optimisme.
"Kami di Kemenkeu selama ini selalu sampaikan agar waspada. Waspada ini karena lingkungan ekonomi global sangat turbulence, bergejolak," kata Sri Mulyani usai Anugerah Reksa Bandha di Jakarta, Rabu.
Perang di Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga energi, pangan, dan pupuk telah mengerek inflasi di negara seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Hal ini membuat beberapa negara memperketat kebijakan moneter sehingga perekonomian ikut melemah.
Baca juga: Sutarmidji kukuhkan TPAKD Sambas percepat akses keuangan bagi masyarakat
Sementara di negara lain seperti China kebijakan pencegahan penyebaran COVID-19 juga berpotensi membuat pertumbuhan ekonominya melemah yang dapat mempengaruhi perekonomian global.
Untuk itu Sri Mulyani mengatakan akan terus memperhatikan perubahan yang dapat berdampak terhadap aktivitas perekonomian global.
Adapun pemerintah tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 sebesar 5,3 persen secara tahunan pada 2023.
Baca juga: Menteri Keuangan sampaikan Dana Pandemi bukti G20 hasilkan aksi konkret untuk dunia
Optimisme pemerintah ditopang oleh kinerja perekonomian yang masih tumbuh positif pada kuartal III 2022 atau tumbuh 5,72 persen secara tahunan.
"Namun memang kata-kata waspada itu menggambarkan downside risk muncul sangat kuat. Seberapa downside risk ini, nanti akan dilihat sampe akhir tahun ini," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi melambat menjadi 4,37 persen secara tahunan pada 2023 karena terdampak pengetatan moneter domestik.
Menteri Keuangan waspadai risiko pelemahan pertumbuhan ekonomi di 2023
Rabu, 23 November 2022 15:44 WIB