Sarawak (ANTARA) - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching, Raden Sigit meminta agar anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di perkebunan kelapa sawit, agar tidak hanya sampai pada pendidikan di Cummunity Learning Centre (CLC) saja akan tetapi harus dapat terus melanjutkan pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi.
“Walau berada di luar negeri dan saat ini hanya bisa mengenyam pendidikan di Sekolah CLC, anak-anak PMI yang bekerja di perusahaan sawit jangan mau kalah, teruslah belajar hingga ke perguruan tinggi,” kata Konjen RI Kuching, Raden Sigit Witjaksono di Sarawak, Rabu.
Sigit mengatakan, KJRI Kuching hingga saat ini terus mendorong para pihak perusahaan kelapa sawit Malaysia yang mempekerjakan warga negara Indonesia agar dapat membangun fasilitas pendidikan atau CLC bagi anak-anak PMI. Ia mengatakan baru-baru ini dirinya juga telah melakukan peninjauan fasilitas pendidikan CLC di Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Linau Mewah.
“Dari hasil peninjauan kami di CLC Linau Mewah saat ini memang masih perlu dilakukan perbaikan, baik dari segi bangunan CLC nya maupun penambahan tenaga pendidik atau guru nya. Namun pihak Linau Mewah sudah menyampaikan kepada kami dalam tahun ini juga, gedung CLC ini akan di bangunan lebih memadai lagi. Terkait hal ini kami akan support sepenuhnya pada saat peresmian gedung baru CLC LInau Mewah,” kata Sigit.
Sigit mengatakan, bertemu dengan anak-anak CLC itu membuat dirinya bangga, karena meski dengan dengan keterbatasan yang ada, anak-anak Indonesia ini terlihat bersemangat sekali untuk dapat mengenyam pendidikan sama seperti saudara-saudara nya di tanah air.
“Kepada anak-anak ini saya berpesan, jangan pernah menyerah dan jangan berputus asa dengan kondisi saat ini. Tetaplah rajin belajar dan jangan lupa berdoa,” kata Sigit.
Menanggapi kekurangan guru yang mengajar di CLC, Sigit menjelaskan hal itu memang sudah menjadi sesuatu yang perlu dihadapi. Dimana hampir semua CLC yang ada di perkebunan sawit ini menghadapi kekurangan guru. Dimana hingga saat ini jumlah CLC di Sarawak ini sebanyak kurang lebih 66 CLC.
“Seperti di CLC Linau Mewah ini dari siswa kelas 1 hingga kelas 6 SD, hanya memiliki hanya dua orang guru pamong atau guru bantu dan tidak memiliki guru bina,” kata Sigit.
Sigit menambahkan, guru bina ini yang menyediakan dari Kemendikbud RI kemudian didatangkan ke setiap CLC, sedangkan guru pamong itu di sediakan oleh pihak perusahaan sawit itu sendiri.
“Untuk kekurangan guru bina akan selalu kami usahakan untuk di penuhi. Dan kita bersyukur, program CLC ini didukung dengan baik oleh perusahaan-perusahaan sawit yang ada di wilayah Sarawak. Dan tidak hanya itu hal ini juga di dukung oleh pemerintah negeri Sarawak Malaysia, sehingga anak-anak kita dapat mengenyam pendidikan,” pungkas Sigit.