Ketua Departemen Hubungan Internasional Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Fransiska Susilawati menyatakan bahwa Festival Film Sains 2023 sejalan dengan misi kurikulum merdeka belajar dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
"Salah satu yang diangkat dalam kurikulum media belajar adalah pembangunan profil pelajar pancasila, di situ ada temanya hidup berkelanjutan, jadi sangat berkesinambungan ya, ada relasi yang sangat kuat, misi atau pesan yang disampaikan oleh kurikulum merdeka belajar dengan festival film sains ini," kata Fransiska di gedung Kemendikbudristek, Jakarta, Sabtu.
Festival Film Sains edisi ke-14 kembali diselenggarakan oleh Goethe Institut secara hibrida mulai 21 Oktober hingga 30 November 2023, dengan menayangkan 18 film dari 12 negara yakni Afrika Selatan, Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Chile, Indonesia, Inggris, Jerman, Kazakhstan, Kolombia, Tanzania, dan Thailand.
"Ini sebenarnya kegiatan yang sangat unik, dimana Goethe Institut mencoba untuk mengelola topik-topik sains dengan cara yang lebih menyenangkan. Jadi ini adalah salah satu upaya kreatif untuk mengintegrasikan atau memperkaya proses pembelajaran sains dengan pendekatan yang berbeda," ujar dia.
Mengusung tema "Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB", Festival Film Sains 2023 ini mengajak para siswa untuk belajar sains dengan menyenangkan sekaligus mengajarkan pentingnya menjaga ekosistem lingkungan yang berkelanjutan.
"Festival film sains ini dapat meningkatkan kesadaran para guru dalam menyuarakan, meningkatkan, dan mempromosikan literasi sains, juga meningkatkan kesadaran anak didik akan pentingnya menjaga komunitas dan ekosistem," ucapnya.
Menurutnya, restorasi ekosistem merupakan isu global yang bukan hanya menjadi tanggung jawab dari departemen sains saja, melainkan seluruh masyarakat, utamanya yang bergerak di bidang pendidikan.
"Jadi ini kolektif, bukan hanya tergantung pada keberhasilan di pembelajaran sains tetapi lebih kepada budaya (mencintai lingkungan) itu dibentuk juga di ekosistem sekolah. PGRI akan terus mendorong sekolah-sekolah untuk melakukan yang ramah lingkungan seperti bye-bye plastic bag, mengurangi sampah, atau sekolah hijau," tuturnya.
Ia menekankan kegiatan eksperimen sains yang mengarah pada restorasi ekosistem ini tidak boleh sekadar dimaknai sebagai konsep dan teori saja, tetapi juga diimplementasikan dalam rencana aksi untuk meningkatkan kompetensi guru.
"Semua peserta lokakarya diminta untuk memberikan imbas atau dampak ke lingkungan sekolah dan ruang-ruang kelasnya. Bukti-bukti dari proses pengimbasan itu dikumpulkan kepada komite sebagai salah satu proses penilaian untuk bukti bahwa guru sudah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dari lokakarya tersebut," paparnya.
Ia menegaskan, apabila guru tidak berhasil memberikan dampak kepada lingkungan terkecilnya (sekolah), maka tidak akan diterbitkan sertifikat kompetensinya.
"Jadi salah satu hal yang paling simpel, sertifikat tidak akan dirilis kalau tidak ada aksi nyata yang dilakukan oleh peserta lokakarya di dalam lingkungan terkecilnya," kata dia.
PGRI juga telah melaksanakan berbagai tahapan untuk menumbuhkan kecintaan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
"Selain memaksimalkan kanal yang kita miliki, kami juga memaksimalkan peran dan fungsi Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS). Dalam asosiasi tersebut, guru sains ada di satu grup, guru bahasa Indonesia, matematika juga ada di satu grup, jadi kita memaksimalkan peran dan fungsi APKS itu dalam menularkan empati anak-anak terhadap lingkungan di sekitarnya," kata Fransiska.
Festival Film 2023 diselenggarakan atas kolaborasi Goethe Institut dengan Kemendikbudristek, PGRI, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, inisiatif "Sekolah: Mitra menuju Masa Depan" (PASCH), Bildungskooperation Deutsch (BKD), Rolls-Royce, Universitas Paramadina, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, dan Universitas Negeri Jakarta.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PGRI: Festival film sains sejalan dengan kurikulum merdeka belajar