Pontianak (ANTARA) - Ketua Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura Pontianak Agus Syahrani mengatakan Program MBKM sebagai kebutuhan transformasi perguruan tinggi (PT).
"Kebutuhan transformasi PT itu adalah dengan MBKM jadi untuk menjamin mutunya harus ada SOP dan alur yang jelas," katanya saat ditemui di Hotel Orchard Gajah Mada Pontianak, Senin.
FKIP Untan mengadakan kegiatan Workshop Penyusunan buku panduan pelaksanaan magang sekolah penggerak dan magang instansi MBKM Mandiri FKIP Untan dengan mengundang sekitar 100 orang yang mewakili institusi terkait program tersebut. Workshop diadakan selama tiga hari, sejak Senin (30/10) hingga Rabu (1/11).
Peserta terdiri dari Dekan FKIP Untan, Wakil Dekan Bidang Akademik, Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan, Ketua dan Wakil Program MBKM Mandiri FKIP, sekretaris, anggota, Subkoordinator Bidang Keuangan dan Kepegawaian, Bidang Kerjasama, Bidang Informasi dan Teknologi, Kepala Program Magang Instansi, Kepala Program Magang Sekolah Penggerak, Ketua Prodi se-FKIP, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), dan para mentor magang Sekolah Penggerak dan Instansi.
"Kegiatan ini juga menjadi bagian penting untuk MBKM. Setelah bergantinya kepemimpinan nasional, tetap menjadi kebutuhan Perguruan Tinggi (PT)," ujar Agus Syahrani.
Dia menjelaskan transformasi Perguruan Tinggi perlu arah dan kesiapan yang jelas untuk membuat MBKM Mandiri, setelah pergantian kepemimpinan nasional.
MBKM adalah kebutuhan Prodi dan untuk menjamin mutu dari kegiatan itu maka diperlukan standardisasi proses, persiapan, dan evaluasi.
"Termasuk juga menjamin rekognisi. Proses rekognisi itu nanti akan membuat mahasiswa percaya merdeka belajar mereka itu dijamin rekognisi aktivitas," katanya lagi.
Dia menyatakan meski MBKM yang diajarkan oleh Kemendikbudristek bisa hilang dan berhenti, tetapi MBKM Mandiri akan tumbuh sebagai sebuah kebutuhan dan untuk transformasi Perguruan Tinggi.
Selama beberapa tahun kegiatan MBKM Mandiri ini mungkin tidak sesuai, karena ketidaksesuaian itu kemudian buku panduan disiapkan bersama dengan seluruh stakeholder yang ada yakni para dosen dan mitra.
"Pertemuan ini adalah untuk mempersiapkan buku panduan yang memang menjadi ciri MBKM Mandiri," katanya menambahkan.
Menurut Agus Syahrani, keberhasilan MBKM tentu bukan berdasarkan jumlahnya, melainkan kualitasnya. Karena itu harus dilihat bahwa mahasiswa MBKM adalah mahasiswa yang mampu berkegiatan lebih.
"Karena mahasiswa yang mengikuti MBKM juga kadang-kadang harus ikut organisasi, kadang juga sambil kuliah karena mereka merasa takut ketinggalan," kata dia menjelaskan.
Dia berharap dengan program MBKM, mahasiswa dapat melihat lebih dekat dunia kerja. "Sehingga MBKM bukan soal Menterinya. Tetapi soal kebutuhan Perguruan Tinggi, siapapun Menteri dan Presiden MBKM itu terus akan ada," katanya Ketua Program MBKM Mandiri FKIP Untan itu.
Baca juga: Himbasi FKIP Untan Pontianak gelar Gebyar Bulan Bahasa 2023
Baca juga: Himbasi FKIP Untan gelar bakti sosial di Kubu Raya
Baca juga: Himbasi FKIP Untan merevitalisasi sastra melalui peringatan Chairil Anwar