Ajang Indonesia Human Capital Summit (IHCS) ke-4 2023 yang digelar Forum Human Capital Indonesia (FHCI) membahas sejumlah topik yang menitikberatkan prinsip dan praktik-praktik berorientasi manusia dalam mendukung transformasi perusahaan menghadapi tantangan saat ini.
Dalam sesi concurrent bertajuk “Aligning Sustainability and Human Capital for Organizational Success” di IHCS 2023 di Jakarta, Senin (6/11), CEO of Stewardship Asia Centre Singapore (SAC) Rajeev Peshawaria memperkenalkan kepemimpinan stewardship dalam tata kelola dan manajemen yang turut mendukung perusahaan menghadapi tantangan perubahan iklim dan kesenjangan pendapatan.
“Steward leadership adalah keinginan tulus dan ketekunan untuk menciptakan masa depan kolektif yang lebih baik,” katanya.
Menurut Rajeev, stewardship atau penatalayanan adalah proses penciptaan nilai dengan mengintegrasikan kebutuhan para pemangku kepentingan, masyarakat, generasi masa depan, dan lingkungan.
“Keberlanjutan dan investasi yang bertanggung jawab merupakan bentuk penatalayanan,” katanya.
Rajeev menjelaskan prinsip stewardship berasal dari kondisi perubahan iklim dan pendapatan yang tidak merata yang menjadi ancaman di abad 21. Hal itu salah satunya terjadi karena tekanan sosiopolitik. Kondisi tersebut, menurutnya membutuhkan tindakan.
Baca juga: FHCI kembali menggelar IHCS 2023 hadirkan pakar bidang pengembangan SDM
Meski sudah ada solusi biasa seperti regulasi, pengukuran, pelaporan, insentif, dan modal, hal itu ternyata tidak cukup untuk bisa menyelamatkan bumi dan manusia.
Baca juga: FHCI kembali menggelar IHCS 2023 hadirkan pakar bidang pengembangan SDM
Meski sudah ada solusi biasa seperti regulasi, pengukuran, pelaporan, insentif, dan modal, hal itu ternyata tidak cukup untuk bisa menyelamatkan bumi dan manusia.
Rajeev percaya bahwa keunggulan penatalaksanaan terjadi ketika semua orang dalam organisasi, mulai dari karyawan hingga manajer, mempraktikkan steward leadership.
“Oleh karena itu, secara spesifik, ini saatnya kita berubah dari kerangka ESG ke kerangka ESL. L untuk Leadership (kepemimpinan),” katanya.
Sementara itu, di sesi bertajuk "Leverage ESG for Sustainability Future", Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Alexandra Askandar mengatakan perseroan fokus pada 3P yakni People, Profit dan Planet dalam mengintegrasikan ESG dalam strategi pengelolaan SDM di perusahaan.
"People menjadi hal kunci di dalam kemajuan perusahaan. Oleh karenanya kami melihat ini harus jadi fokus utama khususnya dalam pengembangan kapabilitas people," katanya.
Alexandra menjelaskan, fokus pada pengembangan manusia itu juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) diantaranya SDGs nomor 4 Pendidikan Berkualitas, SDGs nomor 5 Kesetaraan Gender dan SDGs nomor 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ia menyebut Bank Mandiri memperhatikan karyawannya sejak masa rekrutmen, hingga tidak ragu mengirim mereka belajar di luar negeri untuk mengembangkan kompetensinya.
Bank Mandiri, lanjut Alexandra, juga mendorong keberagaman dan inklusi. Hal itu dibuktikan dengan komposisi perempuan yang jauh lebih banyak dibandingkan talent laki-laki. Begitu pula sebanyak 46 persen level senior manager dan direktur dijabat oleh perempuan.
"Ini membuat Mandiri bisa mengklaim sebagai institusi dengan best talent pool and leader di Indonesia," katanya.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Ahmad Solichin Lutfiyanto mengungkapkan ESG menjadi bagian dari strategi korporasi yang dijalankan perusahaan.
Solichin juga menitikberatkan peran keberagaman dalam perusahaan yang sangat dipengaruhi oleh aspek sosial termasuk human capital.
"Keberagaman ini memperkaya ide yang ujungnya memperkaya desain program, yang ujungnya lebih baik buat perusahaan. Maka keberagaman itu penting. Kalau didorong semua, ini bisa memicu pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Solichin.
Baca juga: Sejumlah direksi BUMN bagikan kunci sukses perusahaan
Baca juga: Sejumlah direksi BUMN bagikan kunci sukses perusahaan