Pontianak (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Harisson menginstruksikan kepada semua kepala daerah dan pejabat terkait untuk turun langsung ke posyandu agar bisa memberikan pemahaman dan edukasi kepada ibu-ibu yang memiliki bayi.
"Sekarang saatnya bupati, wali kota, BKKBN, dinas kesehatan dan perangkat daerah lain yang terkait turun ke posyandu untuk memberikan edukasi kepada ibu-ibu," kata Harisson di Pontianak, Jumat
Menurutnya, dengan memberikan edukasi gizi langsung lewat Posyandu akan berdampak signifikan dalam upaya percepatan penurunan stunting.
Harisson mengatakan upaya yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap penurunan angka stunting adalah peningkatan pengetahuan ibu-ibu. Terutama terkait pola asuh, pentingnya imunisasi dan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) tepat gizi.
Maka ia menilai edukasi terkait menu bergizi yang dapat diberikan para ibu kepada balitanya harus terus digalakkan. Para ibu menurut Harisson harus menjadi perhatian untuk diberikan pengetahuan akan makanan penuh gizi yang dapat diberikan kepada anak-anak mereka.
"Ajarkan di posyandu itu demo memasak makanan bergizi kemudian langsung disuapkan ke anak-anak itu makanan yang kita buatkan," tuturnya.
Jika diberikan demo masak makanan bergizi secara langsung maka para ibu-ibu akan mudah untuk mengingat lalu bisa langsung menerapkan di rumah mereka sendiri. Dengan demikian maka para ibu akan mengerti makanan penuh gizi yang harus diberikan sebagai asupan gizi anak mereka.
“Saya mengharapkan petugas-petugas di tingkat kabupaten kota, pemerintah kabupaten kota, petugas puskesmas, BKKBN dan kader posyandu itu benar-benar turun ke posyandu-posyandu,” kata Harisson.
Ia menjelaskan terdapat tiga komponen penting yang harus terdapat dalam MPASI tepat gizi. Pertama yakni karbohidrat yang bisa didapatkan dari bubur, lalu protein hewani dari ikan serta lemak dari minyak makan, minyak sayur, santan dan margarin.
Namun dirinya menekankan prinsip utama dalam penurunan stunting yakni pemenuhan protein hewani bagi anak-anak. Protein hewani dapat diperoleh dari ikan, hati, udang, ayam dan daging sapi. Sementara untuk protein nabati seperti tahu tempe dan lainnya menurut Harisson bisa diberikan belakangan hanya untuk pengenalan.
"Protein hewani yang paling penting untuk balita, bukan protein nabati karena asam aminonya lebih banyak di situ," kata mantan kepala Dinas Kesehatan Kalbar ini.
Pj Gubernur itu berharap adanya upaya serius dari berbagai pihak dalam percepatan penurunan stunting. Lantaran menurutnya stunting akan berdampak pada kemampuan kognitif anak-anak yang berkurang.
Kemudian akibat stunting kemampuan anak untuk berpikir lebih komplek dan mengembangkan nalarnya dalam memecahkan masalah akan lebih rendah. Sehingga hal tersebut akan menghambat mereka pada saat menyerap ilmu pengetahuan di sekolah.
Maka stunting harus dicegah sejak dini mulai dari remaja putri prakonsepsi, konsepsi, ibu hamil, ibu menyusui dan kemudian sampai anak berumur dua tahun.
"Jika sudah lewat dua tahun kalau anak sudah stunting maka kita tidak bisa apa-apa lagi jadi kesempatan itu di 1000 Hari Pertama Kehidupan. Lewat dari situ kita sudah tidak bisa apa-apa lagi," kata Harisson.