Pontianak (ANTARA) - Pj. Gubernur Kalimantan Barat, Harisson menekankan peran strategis Asosiasi Pengusaha dan Pedagang Siluk (APPS) Indonesia dalam menjaga kualitas dan stabilitas harga jual ikan arwana, agar dapat terus memberikan sumbangsih dalam meningkatkan PAD.
"APPS harus mampu mengatur harga ikan arwana yang sering kali fluktuatif akibat berbagai faktor, termasuk daya serap pasar. Oleh karena itu, pengusaha ikan arwana harus bersatu," kata Harisson di Pontianak, Minggu.
Sebagai mantan penduduk Kabupaten Kapuas Hulu, Harisson mengatakan, dirinya memahami betul potensi ekonomi ikan ini. Untuk itu, ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara pengembang biak dan pengusaha untuk menjaga kelestarian ikan arwana, khususnya jenis arwana merah (super red) yang semakin langka.
"Dengan adanya APPS, diharapkan kualitas dan harga ikan arwana tetap terjaga. APPS harus bisa mengatur hal ini dengan baik," katanya.
Harisson menjelaskan bahwa budi daya ikan arwana memiliki potensi besar dalam meningkatkan ekonomi daerah. Melalui budi daya yang terencana dan berkelanjutan, Kalimantan Barat bisa menjadi pusat ikan hias dunia, yang tidak hanya menarik kolektor dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri.
"Ikan arwana Kalimantan Barat memiliki nilai tinggi di pasar internasional. Jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi sumber devisa yang besar bagi daerah kita," kata Harisson.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya diversifikasi ekonomi daerah melalui sektor perikanan. Dengan memanfaatkan potensi lokal seperti ikan arwana, daerah dapat mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor tertentu dan menciptakan ekonomi yang lebih resilien.
"Diversifikasi ekonomi sangat penting. Kita harus memanfaatkan semua potensi yang ada, termasuk sektor perikanan, untuk menciptakan ekonomi daerah yang kuat dan berkelanjutan," katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak Syarif Iwan Taruna Alkadrie mengatakan kontribusi signifikan budi daya arwana terhadap ekonomi daerah.
Menurut dia, budi daya ikan arwana tidak hanya menciptakan lapangan kerja tetapi juga meningkatkan pendapatan daerah melalui ekspor ikan hias yang diminati di seluruh dunia.
"Oleh karena itu, petani ikan harus memilih ikan-ikan yang berkualitas untuk dijual, baik di pasar lokal maupun internasional. Kontes ini membuktikan bahwa ikan arwana Kalbar memiliki nilai tersendiri bagi kolektor ikan hias," kata Iwan.
Iwan juga mengungkapkan, sekitar 70 persen ikan arwana hasil produksi dari Kalimantan Barat yang diekspor ke luar negeri.
Namun dirinya tidak menyebut secara detail jumlah pastinya. Akan tetapi berdasarkan data yang dilansir dari laman resmi website kkp.go.id di 2019 ekspor ikan arwana terjadi penurunan dimana volume ekspor sebanyak 2.360 ekor atau senilai Rp2,575 miliar, jumlah ini turun drastis dibandingkan dengan 2018 yang jumlah volume ekspor ikan arwana sebanyak 4.058 ekor dengan nilai Rp10,145 miliar.
Kendati demikian, menurut dia, ekspor ikan Arwana ini merupakan tertinggi dari daerah lainnya. "70 persen itu adalah sumbangan dari Kalbar khusus untuk ekspor ikan arwana, jadi ikan arwana itu 30 persen ekspornya di luar Kalbar. Tapi 70 persen asalnya dari Kalbar," tuturnya.
Tingginya ekspor ikan arwana dari Kalbar ini, karena Kalbar merupakan lumbung produksi ikan siluk tersebut berada di Kalimantan Barat. Selain lokasinya kualitas airnya juga cocok sehingga ikan arwana yang dihasilkan juga unggul dibandingkan dengan daerah lainnya.
Pj Gubernur Kalbar menekankan peran APPS dalam menjaga kualitas arwana
Minggu, 26 Mei 2024 21:11 WIB