Pontianak (ANTARA) - Dari usaha kecil atau usaha rumahan saja asal ditekuni dengan serius pasti akan membuahkan hasil, terlebih perbankan juga membuka pintu untuk membantu permodalan pelaku usaha. Ini diakui oleh Neni Octavianti, pelaku UMKM sabun cair cuci piring yang memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memajukan berbagai usahanya.
"Saya tidak pungkiri, bahwa keberhasilan saya mengembangkan usaha ini adalah berkat bantuan permodalan yang diberikan oleh Bank Kalbar melalui KUR. Dari nggak punya apa-apa, usaha saya bisa berkembang dan bisa beli ruko karena memanfaatkan pinjaman modal Bank Kalbar," ujar Neni ketika ditemui di kantornya di Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Senin.
Wabita berusia 30 tahun ini, memulai usahanya sejak 2021, pilihannya adalah sabun cair pencuci piring. Dia menilai, sabun cair pasti dan selalu dibutuhkan, peluang pasarnya masih terbentang. Maka hanya berbekal tekad yang kuat, Neni belajar membuat sabun cair langsung dengan ahlinya.
Pengolahan sabun cair dilakukan di rumah, termasuk packing dan pembuatan label. Namanya MonLight, masih dikerjakan secara manual sampai sekarang. Promosi pun dilakukan melalui ring satu atau orang-orang terdekat terlebih dahulu serta menggunakan media sosial.
Hasilnya, ternyata tidak mengecewakan. Pesanan mengalir membasahi bisnisnya.
Awalnya Neni dibantu suami serta orangtua memproduksi sabun cair MonLight sebulan 2.000 botol ukuran 450 miligram.
Selain melayani pesanan, sabun cair pencuci piring ini, juga dijual di warung-warung di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Sanggau, Sintang serta beberapa daerah lainnya.
Dalam upayanya mengembangkan bisnis, Neni kemudian berinisiatif untuk memanfaatkan dana permodalan dari perbankan. Pilihannya pada Bank Kalbar yang menurutnya lebih dekat dengan masyarakat, terutama para pelaku usaha.
Pinjaman awal pada 2022 sebanyak Rp200 juta diberikan Bank Kalbar. Neni pun memanfaatkan modal tersebut, sebagian untuk menambah modal sabunnya, sebagian lagi membuka usaha baru, yaitu pupuk.
"Alhamdulillah, berkat pinjaman dari Bank Kalbar, bisnis sabun saya berkembang pesat dari produksi 2.000 botol per bulan, sekarang sudah 7.000 an botol, belum termasuk sabun cair dalam dirijen isi 5 liter," ujar Neni.
Sementara sebagian dana pinjaman tersebut digunakan lagi untuk bisnis pupuk. Tak butuh waktu lama, bisnis tersebut berkembang hingga memiliki kantor dan armada. Tak kepalang tanggung, dua ruko di jalan Sungai Ambawang dibeli Neni, serta tiga armada pikap untuk membawa pesanan sabun dan pupuknya.
Neni sendiri kesehariannya adalah pegawai BUMN Pupuk Indonesia dan dipercaya sebagai marketing. Peluang inilah yang dimanfaatkan Neni untuk menjadi salah satu distributor pupuk. Sementara sabun cair kini dikelola oleh orangtuanya bersama sang suami.
Sukses dengan dua bisnisnya itu, tak membuat Neni berhenti berinovasi. Sebab masih ada keinginan untuk lebih mengguritakan bisnisnya. Neni ingin memiliki usaha travel umroh dan bisnis parsel.
Terpikir buka bisnis parsel, berawal dari seringnya dia membeli parsel di setiap perayaan keagamaan untuk diberikan kepada rekanan dan klien bisnisnya. "Itu awalnya kita gunakan uang dari bisnis yang ada. Dalam setiap Lebaran bisa menguras dana Rp 20 sampai Rp 30 jutaan. Kalau setiap tahun kan bisa habis modal," cerita Neni.
Lantaran penasaran, akhirnya Neni belajar sendiri cara membuat parsel. Setelah mahir, usaha barunya ini pun berjalan mulus.
"Awalnya hanya tes ombak saja, bikin seratus parsel, eh ternyata laku, dan untungnya juga lumayan," kata Neni.
Menurut dia, bisnis parsel hanya tiga kali dalam satu tahun, yaitu saat Lebaran, Natal dan Imlek. Dalam setahun itu, bisa ribuan parsel yang dijual, keuntungan yang diraup pun berlipat.
Ke depan, selain parsel, Neni ingin menambah usahanya lagi dengan membuka travel haji dan umroh. Lokasi yang dibidik di Kota Pontianak. Saat ini dia masih mempertimbangkan, apakah akan membangun gedung sendiri atau membeli bangunan ruko.
Pelaku usaha yang satu ini memang jeli menangkap peluang, dari bisnis yang ada, dia terus berinvestasi dengan bisnis yang lain. Bagi Neni buka usaha sendiri lebih enak ketimbang menjadi pekerja. " Untuk berbisnis tak perlulah orang pintar, tapi orang yang mau bekerja. Tak harus sekolah tinggi-tinggi, asal pandai berstrategi, fokus dan ulet, pasti berhasil," tuturnya.
Sektor UMKM memang tidak bisa dianggap remeh, karena selain jumlahnya yang banyak, juga menjadi pembangkit ekonomi Indonesia. Perbankan juga turut berperan dalam pengembangan usaha, terutama usaha-usaha kecil dan rumahan.
"Peran perbankan tak bisa diremehkan dalam membantu permodalan bisnis. Untuk itu saya berharap, agar perbankan selain mengucurkan bantuan modal, juga ikut memberi pendampingan kepada pelaku-pelaku usaha dan terus mengawasi perkembangan usahanya hingga maju,"imbuh Neni