Pembicaraan yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Angola, Tete Antonio, dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Rwanda, Olivier Nduhungirehe, dan rekan sejawatnya dari Kongo, Therese Kayikwamba.
Gencatan senjata akan dipantau oleh mekanisme verifikasi ad hoc yang diperkuat, menurut sebuah pernyataan.
Pertemuan pada Selasa itu dilaksanakan tiga hari sebelum berakhirnya masa berlaku gencatan kemanusiaan yang diperpanjang atas inisiatif Amerika Serikat (AS).
Para menteri luar negeri sebelumnya bertemu dengan Presiden Angola Joao Lourenco, yang diberi mandat oleh Uni Afrika untuk memimpin upaya diplomatik penyelesaian politik terhadap krisis di bagian timur Kongo, di mana kelompok pemberontak M23 sedang bertempur melawan pasukan pemerintah.
Dimulainya kembali pembicaraan ini terjadi beberapa hari setelah Presiden Kongo Felix Tshisekedi menuduh rekan sejawatnya dari Kenya, William Ruto, telah salah mengelola proses perdamaian Nairobi, yang juga bertujuan untuk menyelesaikan konflik melalui dialog di bagian timur Kongo.
Tshisekedi menuduh Ruto berpihak pada Rwanda.
Peningkatan pertempuran baru-baru ini di bagian timur Kongo menyebabkan ketegangan antara Kigali dan Kinshasa.
Kongo menuduh Rwanda mendukung pemberontak M23 sejak kebangkitan mereka pada November 2021, tuduhan yang terus-menerus dibantah oleh Kigali.
Sumber: Anadolu