Singkawang (ANTARA) - Pemerintah Kota Singkawang, Kalbar menegaskan komitmennya untuk mendorong revitalisasi kawasan heritage dan pengembangan arsitektur hijau berbasis kearifan lokal sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan di daerah itu.
Wali Kota Singkawang Tjhai Chui Mie, menjelaskan Kota Singkawang merupakan “laboratorium hidup” yang memperlihatkan keragaman budaya, etnis, agama, sekaligus arsitektur.
"Keberagaman itu menjadi modal penting dalam mengembangkan konsep tata ruang kota yang inklusif dan berkelanjutan" katanya di Singkawang, Jumat.
Gala Dinner Equator Architecture Forum (EAF) di Singkawang kemarin (Kamis malam) adalah sebuah kehormatan dan pengakuan terhadap peran penting kota kita dalam narasi arsitektur dan keberlanjutan, baik di Kalimantan Barat maupun Indonesia secara keseluruhan.
Ia menambahkan, Pemerintah Kota Singkawang terus berupaya memperkuat kolaborasi lintas sektor untuk menghidupkan kembali kawasan-kawasan bersejarah, sembari memperkenalkan konsep arsitektur hijau yang selaras dengan nilai budaya lokal.
“Revitalisasi kawasan heritage bukan hanya menjaga warisan sejarah, tetapi juga menghadirkan nilai ekonomi dan pariwisata yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara arsitektur hijau akan memastikan pembangunan kita tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan,” katanya.
Melalui momentum EAF 2025, lanjutnya, Singkawang diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan kota dengan praktik baik dalam mewujudkan arsitektur berkelanjutan di Indonesia.
Equator Architecture Forum sendiri merupakan ajang pertemuan arsitek, akademisi, dan pemangku kepentingan di bidang pembangunan untuk membahas konsep-konsep arsitektur tropis, konservasi budaya, serta inovasi ramah lingkungan di wilayah khatulistiwa.
