Sintang (Antara Kalbar) - Adanya rencana pemerintah pusat menaikkan harga BBM bersubsidi dipastikan membuat harga barang di daerah merangkak naik. Seperti di Kabupaten Sintang, sejumlah komoditas sembako harganya mulai naik. Namun pemerintah daerah tampaknya tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisi tersebut.
Wakil Bupati Sintang, Ignasius Juan, mengatakan pemerintah daerah hanya bisa menunggu kebijakan yang diluncurkan oleh pemerintah pusat. Sebab pemerintah daerah tidak punya kewenangan membuat kebijakan moneter. “Untuk mengendalikan inflasi pun pemerintah daerah tidak bisa,†katanya.
Juan mengungkapkan kenaikan BBM tetap akan membawa efek psikologis. Sekarang yang perlu dipikirkan pemerintah pusat memang bagaimana mengatasi akibat dari kebijakan menaikkan BBM. “Sekarang saja BBM belum naik, inflasi sudah bergerak naik,†ujarnya.
Dia menyampaikan tim inflasi daerah di bawah pimpinan Gubernur memang belum mengundang pemerintah kabupaten untuk membicarakan bagaiman memback-up naiknya inflasi, mengendalikan harga barang dan penyediaan stok sembako. “Kami belum dipanggil. Mungkin menunggu setelah ada kepastian kapan BBM bersubsidi dinaikkan,†ungkapnya.
Juan mengatakan rencana naiknya BBM yang bersamaan dengan turunnya harga karet memang akan sangat memukul ekonomi masyarakat. Tapi persoalan harga karet memang sangat bergantung pada ekonomi global. Selama ekonomi di negara-negara Eropa dan Amerika masih lesu maka permintaan karet masih kecil sehingga harga karet masih belum bisa mencapai harga yang normal.
“Keluhan petani memang luar biasa. Pendapatannya menurun sementara BBM akan naik. Harga barang juga pasti naik. Sehingga dipastikan dalam beberapa waktu ke depan, masyarakat yang berada pada titik setengah miskin, hampir miskin dan diambang miskin akan jatuh miskin. Sehingga tingkat kemiskinan akan bertambah,†katanya.
Menurutnya, seharusnya masyarakat di saat harga karet tinggi yang pernah mencapai Rp22 ribu perkg tidak eforia dan bisa menyimpan uangnya dari hasil karet. Sehingga di saat harga karet anjlok masyarakat tidak terlalu terpukul. Tidak hanya itu, mata pencarian masyarakat seharusnya tidak hanya bergantung pada satu sektor saja.
Masyarakat harus mengembangkan beberapa sektor sebagai mata pencairan. Misalnya, karet dan perikanan. Sehingga disaat karet turun mereka tetap bisa bertahan dengan sektor perikanan air tawarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
Wakil Bupati Sintang, Ignasius Juan, mengatakan pemerintah daerah hanya bisa menunggu kebijakan yang diluncurkan oleh pemerintah pusat. Sebab pemerintah daerah tidak punya kewenangan membuat kebijakan moneter. “Untuk mengendalikan inflasi pun pemerintah daerah tidak bisa,†katanya.
Juan mengungkapkan kenaikan BBM tetap akan membawa efek psikologis. Sekarang yang perlu dipikirkan pemerintah pusat memang bagaimana mengatasi akibat dari kebijakan menaikkan BBM. “Sekarang saja BBM belum naik, inflasi sudah bergerak naik,†ujarnya.
Dia menyampaikan tim inflasi daerah di bawah pimpinan Gubernur memang belum mengundang pemerintah kabupaten untuk membicarakan bagaiman memback-up naiknya inflasi, mengendalikan harga barang dan penyediaan stok sembako. “Kami belum dipanggil. Mungkin menunggu setelah ada kepastian kapan BBM bersubsidi dinaikkan,†ungkapnya.
Juan mengatakan rencana naiknya BBM yang bersamaan dengan turunnya harga karet memang akan sangat memukul ekonomi masyarakat. Tapi persoalan harga karet memang sangat bergantung pada ekonomi global. Selama ekonomi di negara-negara Eropa dan Amerika masih lesu maka permintaan karet masih kecil sehingga harga karet masih belum bisa mencapai harga yang normal.
“Keluhan petani memang luar biasa. Pendapatannya menurun sementara BBM akan naik. Harga barang juga pasti naik. Sehingga dipastikan dalam beberapa waktu ke depan, masyarakat yang berada pada titik setengah miskin, hampir miskin dan diambang miskin akan jatuh miskin. Sehingga tingkat kemiskinan akan bertambah,†katanya.
Menurutnya, seharusnya masyarakat di saat harga karet tinggi yang pernah mencapai Rp22 ribu perkg tidak eforia dan bisa menyimpan uangnya dari hasil karet. Sehingga di saat harga karet anjlok masyarakat tidak terlalu terpukul. Tidak hanya itu, mata pencarian masyarakat seharusnya tidak hanya bergantung pada satu sektor saja.
Masyarakat harus mengembangkan beberapa sektor sebagai mata pencairan. Misalnya, karet dan perikanan. Sehingga disaat karet turun mereka tetap bisa bertahan dengan sektor perikanan air tawarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014