Pontianak (Antara Kalbar) - Sekretaris Ikatan Dokter Indonesia Kalimantan Barat Nursyam Ibrahim mengingatkan untuk mewaspadai komplikasi penyakit diabetes karena saat ini menjadi momok yang menakutkan di dunia medis.
   Sejumlah penyakit komplikasi itu antara lain kerusakan mata hingga kebutaan, kerusakan ginjal sehingga harus cuci darah, kerusakan jantung hingga menjadi serangan jantung, dan sistem pembuluh darah menjadi hipertensi, katanya di Pontianak, Sabtu.
    Begitu banyak komplikasi yang disebabkan oleh diabetes, sehingga ini menjadi momok yang sangat menakutkan di dunia medis. Badan Kesehatan Dunia dan Indonesia memandang perlu untuk melakukan upaya preventif pengendalian penyakit diabetes.
    "Bahkan WHO merasa lebih takut terhadap diabetes dari pada HIV, karena dampak komplikasi yang disebabkannya terhadap tubuh lebih besar dan banyak masyarakat kita yang masih belum tahu akan hal itu," katanya.
    Nursyam menambahkan berdasarkan data yang dimilikinya, saat ini, 20-22 juta dari total populasi masyarakat Indonesia menderita diabetes.
    "Sementara untuk Kalbar, ada sekitar 300 ribu hingga 500 ribu masyarakat kita yang menderita penyakit tersebut," kata Nursyam.
    Dia mengatakan, penyakit bersifat jangka panjang yang lebih disebabkan oleh perubahan gaya hidup itu secara otomatis akan membebani negara karena untuk subsidi kesehatan yang diberikan pemerintah jelas akan membengkak, karena diabetes merupakan salah satu penyakit yang harus diobati seumur hidup.
    "Jika penyakit yang disebabkan infeksi, pengobatannya bisa dilakukan dengan cepat, dimana diobati selama tiga sampai lima hari, bisa sembuh. Berbeda dengan diabetes, penangananya tidak bisa cepat dilakukan bahkan ada yang seumur hidup terus mendapat perawatan," tuturnya.
    Beban itu akan menjadi masalah pada pengelolaan keuangan yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Karena, diabetes akan menjadi penyakit komplikasi yang semakin menaikan biaya kesehatan.
   Menurutnya, hal itu yang menjadi perhatian bagi dunia dan pemerintah Indonesia khususnya, karena penyakit yang bersifat regeneratif seperti itu harus bisa benar-benar dikendalikan melalui kegiatan promosi kesehatan yang efektif.
   Mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya itu menjelaskan diabetes memiliki dua jenis utama, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Jenis diabetes yang paling umum terjadi adalah diabetes tipe 2, dimana sekitar 80 persen pengidap diabetes di Indonesia menderita tipe ini.
   Diabetes tipe 2 terjadi karena penurunan produksi insulin dalam tubuh sehingga fungsinya tidak maksimal atau tubuh mulai menjadi kurang peka terhadap insulin. Reaksi ini dikenal dengan istilah resistansi terhadap insulin.
    Jenis ini biasanya menyerang orang-orang berusia di atas 40 tahun. Tetapi usia pengidapnya akhir-akhir ini bertambah muda dan diabetes tipe 2 juga lebih sering dialami oleh etnis Asia dibanding etnis lain.
   "Untuk gejala diabetes bervariasi dan ada beberapa yang sama antara gejala diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Di antaranya, sering buang air kecil, terutama di malam hari, sering merasa haus dan sering kelelahan, berkurangnya massa otot dan turunnya berat badan," katanya.
    Meski diabetes tidak bisa disembuhkan, lanjutnya, diagnosis dini sangat penting agar diabetes dapat segera ditangani. Tujuan pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan keseimbangan kadar zat gula darah dan mengendalikan gejala untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.
    Dengan mengubah gaya hidup juga bisa mengendalikan gejala-gejala diabetes tipe 2, misalnya dengan menerapkan pola makan sehat.
    "Tetapi jenis diabetes ini adalah penyakit yang progresif, karena itu penderita diabetes tipe 2 biasanya akan membutuhkan obat-obatan untuk menjaga keseimbangan kadar zat gula darahnya. Proses pengobatan umumnya diawali dengan obat dalam bentuk tablet yang kemudian bisa diikuti dengan terapi suntikan, misalnya insulin," kata Nursyam.

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016