Pontianak (Antara Kalbar) - Generasi muda membutuhkan berbagai dukungan dan kebijakan agar semakin berperan dalam membangun sektor pertanian termasuk di wilayah perbatasan, kata Dr Hermanto, peneliti senior Kementerian Pertanian bidang Pembangunan dan Penelitian Pertanian.
"Untuk menarik minat generasi muda, harus dipersiapkan sumber daya dan modal, seperti insentif yang dipayungi payung hukum yang jelas," kata Hermanto saat seminar "Menggerakkan Generasi Muda untuk membangun Pertanian di perbatasan" yang digelar Kementerian Pertanian dan FAO di Pontianak, Rabu.
Selain itu, lanjut dia, harus ada contoh petani yang memperoleh pendapatan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Selain dukungan infrastruktur pertanian yang baik," ujar dia.
Kalbar, lanjut dia, yang memiliki daerah perbatasan, mempunyai potensi yang baik untuk mengembangkan sektor pertanian.
"Ada segmen-segmen pasar yang spesial, yang berpotensi untuk digarap," kata Hermanto.
Ia mencontohkan beras Uncak dari Kabupaten Kapuas Hulu, yang di Malaysia harganya mencapai Rp45 ribu per kilogram.
"Kualitas beras Kalbar juga lebih baik, karena lebih segar. Bandingkan dengan beras Vietnam, yang harganya bisa lebih murah, tapi asalnya stok yang sudah bertahun-tahun," ungkap dia.
Kalbar mempunyai potensi lahan hingga 1,3 juta hektare untuk sektor pertanian. Namun, tidak semua areal dapat digunakan karena bisa jadi kepemilikannya atau pemanfaatannya untuk sektor lain.
Tantangan lain yang perlu diperhitungkan adalah diantaranya ada "generational gap", atau sumbatan transfer pengetahuan pertanian dari generasi tua ke muda.
Sementara adanya ekspor beras ke Malaysia, sekaligus untuk membenahi mulai dari hulu sampai hilir. Seperti sertifikasi benih hingga penggunaan bahan kimia.
FAO Representative Indonesia Mark Smulders menambahkan, kalau tidak banyak lagi generasi muda yang berperan di sektor pertanian, dapat mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia di masa mendatang.
Menurut dia, kondisi ini harus diatasi dengan membuat berbagai kebijakan yang dapat menarik minat generasi muda untuk lebih banyak tinggal di pedesaan sebagai sumber pangan.
(T011/Y008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Untuk menarik minat generasi muda, harus dipersiapkan sumber daya dan modal, seperti insentif yang dipayungi payung hukum yang jelas," kata Hermanto saat seminar "Menggerakkan Generasi Muda untuk membangun Pertanian di perbatasan" yang digelar Kementerian Pertanian dan FAO di Pontianak, Rabu.
Selain itu, lanjut dia, harus ada contoh petani yang memperoleh pendapatan yang cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Selain dukungan infrastruktur pertanian yang baik," ujar dia.
Kalbar, lanjut dia, yang memiliki daerah perbatasan, mempunyai potensi yang baik untuk mengembangkan sektor pertanian.
"Ada segmen-segmen pasar yang spesial, yang berpotensi untuk digarap," kata Hermanto.
Ia mencontohkan beras Uncak dari Kabupaten Kapuas Hulu, yang di Malaysia harganya mencapai Rp45 ribu per kilogram.
"Kualitas beras Kalbar juga lebih baik, karena lebih segar. Bandingkan dengan beras Vietnam, yang harganya bisa lebih murah, tapi asalnya stok yang sudah bertahun-tahun," ungkap dia.
Kalbar mempunyai potensi lahan hingga 1,3 juta hektare untuk sektor pertanian. Namun, tidak semua areal dapat digunakan karena bisa jadi kepemilikannya atau pemanfaatannya untuk sektor lain.
Tantangan lain yang perlu diperhitungkan adalah diantaranya ada "generational gap", atau sumbatan transfer pengetahuan pertanian dari generasi tua ke muda.
Sementara adanya ekspor beras ke Malaysia, sekaligus untuk membenahi mulai dari hulu sampai hilir. Seperti sertifikasi benih hingga penggunaan bahan kimia.
FAO Representative Indonesia Mark Smulders menambahkan, kalau tidak banyak lagi generasi muda yang berperan di sektor pertanian, dapat mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia di masa mendatang.
Menurut dia, kondisi ini harus diatasi dengan membuat berbagai kebijakan yang dapat menarik minat generasi muda untuk lebih banyak tinggal di pedesaan sebagai sumber pangan.
(T011/Y008)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017