Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalbar menjadi harapan baru dan solusi terhadap percepatan ekonomi dan kemajuan daerah.
Kehadiran pelabuhan terbesar di Kalimantan ini juga dipastikan dapat menjadi simpul kemajuan ekonomi Kalbar dan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendekatkan cita-cita Indonesia menjadi poros maritim dunia sebagaimana dicanangkan Presiden RI, Joko Widodo.
Pembangunan Terminal Kijing yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut ditandai dengan dilakukannya pemancangan tiang dermaga pertama pada 2018 silam. Selanjutnya pada Agustus 2020 lalu sudah dilakukan uji coba ekspor CPO Kalbar.
Pembangunan Terminal Kijing pada tahap I meliputi terminal peti kemas di sisi laut seluas 1000 meter x 100 meter, lapangan operasional di sisi darat, serta jalan penghubung sepanjang sekitar 3,5 kilometer. Terminal peti kemas yang sedang dibangun ini nantinya mampu menangani bongkar muat peti kemas sebanyak 1,95 juta TEUs setahun.
Kapasitas terminal cair mencapai 12,1 juta ton per tahun, dan kapasitas curah kering 15 juta ton per tahun. Sedangkan kapasitas terminal serbaguna sebesar 1 juta ton per tahun.
Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Drajat Sulistyo mengatakan area Pelabuhan Kijing yang terintegrasi dengan kawasan industri seluas 200 hektare. Kemudian memiliki ke dalaman di dermaga 16 meter dan itu lebih dalam dari Pelabuhan Tanjung Periuk dan Belawan. Menarik, di kawasan tersebut untuk area terminal 68,5 hektare dan untuk kawasan industri 131,5 hektare.
“Artinya dengan luas lahan dan ada industri yang terintegrasi menjadi peluang besar untuk aktivitas bisnis atau ekonomi di Kalbar. Pelabuhan kita terbesar di Kalimantan dan lokasi strategis ke negara ekspor. Ini kebanggaan kita dan harus dimaksimalkan agar keberadaan nya memberi manfaat luas bagi kemajuan ekonomi dan daerah,” kata dia.
Ia mengatakan bahwa Pelabuhan Kijing sebagai salah satu pelabuhan hub. Dengan begitu akan menjadi gerbang utama ekspor dan impor barang dari dan ke Kalimantan.
"Dengan besarnya potensi bauksit, CPO, timber, karet dan produk ikan di Kalbar ini, Terminal Kijing dirancang untuk memberikan kemudahan berbisnis one stop services bagi para investor, yang dilengkapi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seluas kurang lebih 5,000 hektare. KEK tersebut akan dibangun secara bertahap," katanya.
Ajak Perusahaan Sawit
Deputi General Manager Hukum & PI Pelindo II atau IPC Pontianak, Mustafa Muhammad As’ad mengajak perusahaan sawit yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar untuk memanfaatkan peluang hadirnya Pelabuhan Kijing.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara penghasil CPO dunia terbesar dengan kontribusi 64 persen. Posisi Kalbar sendiri terbesar kedua di negara ini. Nah itu menjadi peluang dan kekuatan untuk ekonomi dan daerah. Dengan hadirnya Pelabuhan Kijing untuk menunjang aktivitas agrobisnis sawit di Kalbar.
Pelindo menjadi jembatan pelaku usaha termasuk di sektor perkebunan untuk terhubung langsung ke negara tujuan ekspor. Jika selama ini aktivitas ekspor melalui pelabuhan luar maka sebentar lagi melalui Pelabuhan Kijing.
"Kami jembatan sambungkan rantai yang belum terhubung. Rantai logistik disambung agar meningkatkan nilai tambah dan saing. Saat ini aktivitas Pelabuhan Kijing sudah tahap uji coba dan sudah ada perusahaan sawit memanfaatkan pelabuhan di Mempawah tersebut. Pelindo siap membangun kerjasama sehingga tantangan biaya logistik yang selama ini masih tinggi bisa teratasi.
Ekspor CPO
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, M. Munsif mengatakan hadirnya Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah yang saat ini sudah melakukan uji coba, bisa mendorong peningkatan kontribusi kelapa sawit bagi daerah itu.
Selama ini semua yang dihasilkan di bumi khatulistiwa ini diekspor dari pelabuhan luar. Sehingga penerimaan bagi hasil pajak ekspor tidak ada. Nah, dengan hadirnya Pelabuhan Kijing ini tentu menjadi daya ungkit untuk penerimaan pajak terutama dari CPO Kalbar.
Ia menyebutkan bahwa realisasi volume ekspor minyak kelapa sawit mentah atau CPO dari Kalbar mencapai 490.083 ton atau dengan nilai 334,4 juta dolar AS selama Januari - Agustus 2021.
Menurutnya, Pelabuhan Kijing di Mempawah sebagai pintu ekspor Kalbar harus terus dimanfaatkan oleh perusahaan perkebunan karena sejauh ini baru sekitar 10 persen ekspor CPO dari pelabuhan berstandar internasional tersebut dari total produksi sawit di Kalbar.
"Meski masih sekitar 10 persen ekspor melalui Pelabuhan Kijing, namun nilai yang didapat Kalbar melalui bea keluar sudah mencapai Rp225 miliar dan pungutan ekspor Rp945 miliar atau total pajak ekspor bagi Kalbar Rp1,2 triliun. Untuk itu kami terus mendorong perusahaan memanfaatkan pelabuhan terbesar di Kalimantan tersebut," katanya.
Ia menjelaskan saat ini produksi CPO atau minyak mentah kelapa sawit berdasarkan catatan 2020 lalu,di Kalbar 4,9 juta ton dari luas tanam 1,9 juta hektare. Di tengah pandemi, COVID -19, saat ini menjadi warna dan penyelamat ekonomi daerah dan nasional.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Prof Dr Eddy Suratman mengatakan bahwa apabila Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalbar dioperasikan secara penuh di tengah membaiknya harga CPO maka akan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Kalbar, khususnya dari pungutan pajak ekspor dan lainnya.
"Kelapa sawit merupakan menjadi komoditas perkebunan andalan Kalbar. Komoditas ini tengah menunjukkan tren harga yang semakin membaik. Dengan membaiknya harga CPO atau minyak sawit mentah maka akan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Kalbar baik bagi petani, pelaku usaha dan daerah ini," kata dia.
Ia memprediksi, beroperasinya pelabuhan yang berlokasi di Kabupaten Mempawah itu akan menjadi daya tarik investasi yang besar bagi Kalbar.
“Saya percaya selesainya pelabuhan itu akan menjadi penarik yang luar biasa untuk masuknya investasi ke Kalbar. Karena investor itu akan mendekat ke infrastruktur yang strategis, apalagi itu adalah pelabuhan internasional,” kata dia.
Provinsi ini beruntung karena memiliki proyek strategi nasional (PSN) Pelabuhan Internasional Kijing. Mestinya, operasional pelabuhan itu dapat segera dilakukan pada tahun ini, sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kalbar.
“Saya kira beberapa bisnis yang perilakunya lebih untung apabila mendekat ke pasar. Hadirnya pelabuhan, akan mendekatkan diri pada pasar,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
Kehadiran pelabuhan terbesar di Kalimantan ini juga dipastikan dapat menjadi simpul kemajuan ekonomi Kalbar dan memperkuat konektivitas antarpulau, sekaligus mendekatkan cita-cita Indonesia menjadi poros maritim dunia sebagaimana dicanangkan Presiden RI, Joko Widodo.
Pembangunan Terminal Kijing yang merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut ditandai dengan dilakukannya pemancangan tiang dermaga pertama pada 2018 silam. Selanjutnya pada Agustus 2020 lalu sudah dilakukan uji coba ekspor CPO Kalbar.
Pembangunan Terminal Kijing pada tahap I meliputi terminal peti kemas di sisi laut seluas 1000 meter x 100 meter, lapangan operasional di sisi darat, serta jalan penghubung sepanjang sekitar 3,5 kilometer. Terminal peti kemas yang sedang dibangun ini nantinya mampu menangani bongkar muat peti kemas sebanyak 1,95 juta TEUs setahun.
Kapasitas terminal cair mencapai 12,1 juta ton per tahun, dan kapasitas curah kering 15 juta ton per tahun. Sedangkan kapasitas terminal serbaguna sebesar 1 juta ton per tahun.
Direktur Utama PT Pelabuhan Tanjung Priok Drajat Sulistyo mengatakan area Pelabuhan Kijing yang terintegrasi dengan kawasan industri seluas 200 hektare. Kemudian memiliki ke dalaman di dermaga 16 meter dan itu lebih dalam dari Pelabuhan Tanjung Periuk dan Belawan. Menarik, di kawasan tersebut untuk area terminal 68,5 hektare dan untuk kawasan industri 131,5 hektare.
“Artinya dengan luas lahan dan ada industri yang terintegrasi menjadi peluang besar untuk aktivitas bisnis atau ekonomi di Kalbar. Pelabuhan kita terbesar di Kalimantan dan lokasi strategis ke negara ekspor. Ini kebanggaan kita dan harus dimaksimalkan agar keberadaan nya memberi manfaat luas bagi kemajuan ekonomi dan daerah,” kata dia.
Ia mengatakan bahwa Pelabuhan Kijing sebagai salah satu pelabuhan hub. Dengan begitu akan menjadi gerbang utama ekspor dan impor barang dari dan ke Kalimantan.
"Dengan besarnya potensi bauksit, CPO, timber, karet dan produk ikan di Kalbar ini, Terminal Kijing dirancang untuk memberikan kemudahan berbisnis one stop services bagi para investor, yang dilengkapi dengan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seluas kurang lebih 5,000 hektare. KEK tersebut akan dibangun secara bertahap," katanya.
Ajak Perusahaan Sawit
Deputi General Manager Hukum & PI Pelindo II atau IPC Pontianak, Mustafa Muhammad As’ad mengajak perusahaan sawit yang tergabung dalam Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kalbar untuk memanfaatkan peluang hadirnya Pelabuhan Kijing.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara penghasil CPO dunia terbesar dengan kontribusi 64 persen. Posisi Kalbar sendiri terbesar kedua di negara ini. Nah itu menjadi peluang dan kekuatan untuk ekonomi dan daerah. Dengan hadirnya Pelabuhan Kijing untuk menunjang aktivitas agrobisnis sawit di Kalbar.
Pelindo menjadi jembatan pelaku usaha termasuk di sektor perkebunan untuk terhubung langsung ke negara tujuan ekspor. Jika selama ini aktivitas ekspor melalui pelabuhan luar maka sebentar lagi melalui Pelabuhan Kijing.
"Kami jembatan sambungkan rantai yang belum terhubung. Rantai logistik disambung agar meningkatkan nilai tambah dan saing. Saat ini aktivitas Pelabuhan Kijing sudah tahap uji coba dan sudah ada perusahaan sawit memanfaatkan pelabuhan di Mempawah tersebut. Pelindo siap membangun kerjasama sehingga tantangan biaya logistik yang selama ini masih tinggi bisa teratasi.
Ekspor CPO
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalbar, M. Munsif mengatakan hadirnya Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah yang saat ini sudah melakukan uji coba, bisa mendorong peningkatan kontribusi kelapa sawit bagi daerah itu.
Selama ini semua yang dihasilkan di bumi khatulistiwa ini diekspor dari pelabuhan luar. Sehingga penerimaan bagi hasil pajak ekspor tidak ada. Nah, dengan hadirnya Pelabuhan Kijing ini tentu menjadi daya ungkit untuk penerimaan pajak terutama dari CPO Kalbar.
Ia menyebutkan bahwa realisasi volume ekspor minyak kelapa sawit mentah atau CPO dari Kalbar mencapai 490.083 ton atau dengan nilai 334,4 juta dolar AS selama Januari - Agustus 2021.
Menurutnya, Pelabuhan Kijing di Mempawah sebagai pintu ekspor Kalbar harus terus dimanfaatkan oleh perusahaan perkebunan karena sejauh ini baru sekitar 10 persen ekspor CPO dari pelabuhan berstandar internasional tersebut dari total produksi sawit di Kalbar.
"Meski masih sekitar 10 persen ekspor melalui Pelabuhan Kijing, namun nilai yang didapat Kalbar melalui bea keluar sudah mencapai Rp225 miliar dan pungutan ekspor Rp945 miliar atau total pajak ekspor bagi Kalbar Rp1,2 triliun. Untuk itu kami terus mendorong perusahaan memanfaatkan pelabuhan terbesar di Kalimantan tersebut," katanya.
Ia menjelaskan saat ini produksi CPO atau minyak mentah kelapa sawit berdasarkan catatan 2020 lalu,di Kalbar 4,9 juta ton dari luas tanam 1,9 juta hektare. Di tengah pandemi, COVID -19, saat ini menjadi warna dan penyelamat ekonomi daerah dan nasional.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Prof Dr Eddy Suratman mengatakan bahwa apabila Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalbar dioperasikan secara penuh di tengah membaiknya harga CPO maka akan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Kalbar, khususnya dari pungutan pajak ekspor dan lainnya.
"Kelapa sawit merupakan menjadi komoditas perkebunan andalan Kalbar. Komoditas ini tengah menunjukkan tren harga yang semakin membaik. Dengan membaiknya harga CPO atau minyak sawit mentah maka akan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Kalbar baik bagi petani, pelaku usaha dan daerah ini," kata dia.
Ia memprediksi, beroperasinya pelabuhan yang berlokasi di Kabupaten Mempawah itu akan menjadi daya tarik investasi yang besar bagi Kalbar.
“Saya percaya selesainya pelabuhan itu akan menjadi penarik yang luar biasa untuk masuknya investasi ke Kalbar. Karena investor itu akan mendekat ke infrastruktur yang strategis, apalagi itu adalah pelabuhan internasional,” kata dia.
Provinsi ini beruntung karena memiliki proyek strategi nasional (PSN) Pelabuhan Internasional Kijing. Mestinya, operasional pelabuhan itu dapat segera dilakukan pada tahun ini, sehingga mendongkrak pertumbuhan ekonomi Kalbar.
“Saya kira beberapa bisnis yang perilakunya lebih untung apabila mendekat ke pasar. Hadirnya pelabuhan, akan mendekatkan diri pada pasar,” kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021