Pontianak (ANTARA) - Direktur Transportasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Ikhwan Hakim meninjau kondisi dan perencanaan pengembangan konektivitas di Pelabuhan Kijing, Pelabuhan Dwikora dan kawasan industri sekitarnya di Provinsi Kalimantan Barat.
"Kunjungan ke Pelabuhan Dwikora di Kota Pontianak dan Kijing di Mempawah dalam rangka konfirmasi informasi dan isu kondisi dan perencanaan pengembangan konektivitas kedua pelabuhan dan industri sekitarnya," ujar Ikhwan di Pontianak, Sabtu.
Dalam kesempatan itu dipaparkan juga kebijakan pemerintah untuk pembenahan konektivitas laut yaitu dengan penggunaan kapal berukuran lebih besar untuk menurunkan ongkos transportasi laut.
"Kemudian tidak kalah penting yakni terkait standardisasi kinerja pelabuhan simpul peti kemas domestik, pembangunan kawasan dan konektivitas pada daratan gigir, reformasi tarif kepelabuhanan dan restrukturisasi pengelolaan pelabuhan yang diusahakan secara komersial," jela dia.
Terkiat biaya logistik juga menjadi sorotan dalam kunjungan tersebut. Menurutnya potret dan isu strategis angkutan laut domestik yaitu di antaranya tingginya biaya logistik dikarenakan masih mahalnya ongkos transportasi laut.
Ia mencontohkan untuk jarak yang hampir sama (1.600-1.700 Mil Laut), ongkos angkut peti kemas per teus dari Jakarta-Hongkong sekitar Rp4,6 juta, lebih murah daripada Jakarta-Sorong Rp17,5 juta.
Hal itu disebabkan masih rendahnya muatan , terbatasnya kawasan ekonomi, konsolidasi rute belum maksimal, sebagai contoh untuk pengiriman kargo Surabaya ke Sorong muatan 100 persen, sedangkan untuk rute baliknya hanya terisi 30 persen.
"Di sisi lain infrastruktur dan layanan pelabuhan simpul peti kemas domestik belum mampu menampung kapal besar. Rata-rata ukuran kapal Indonesia hanya 700 teus, jauh di bawah ukuran ideal 2500 teus," papar dia.
Sementara itu, General Manager Pelindo Pontianak Hambar Wiyadi mengatakan untuk produksi Terminal Kijing telah berkembang pesat per Juli ini sudah ada 245 kunjungan kapal dengan throughput 884 ribu ton curah cair dan 63 ribu ton curah kering.
"Terminal Kijing untuk komoditas CPO berasal dari Kalbar 32,4 persen, Riau 21,3 persen dan Jambi 19, 1 persen. Sedangkan kargo muatan peti kemas masih didominasi oleh kebutuhan domestik 90,6 persen dan ekspor hanya 9,4 persen dengan produksi per Juli sebesar 139 ribu teus," ucap dia.
Dalam kesempatan itu ia memaparkan tantangan pelabuhan sungai, alur bisnis pelabuhan, proses pelayanan kapal, supply chain, serta penjelasan tentang program Strategis Nasional Pengendalian Korupsi (Stranas PK).