Managing Director Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia George Stylianou menjelaskan pentingnya deteksi dini penyakit Hepatitis penting untuk mendapatkan pengobatan yang optimal.
 
"Memperingati Hari Hepatitis Sedunia yang jatuh pada Kamis (28/7) ini, MSD Indonesia memiliki harapan agar masyarakat sadar pentingnya pemahaman yang tepat pada Hepatitis, deteksi dini, dan akses pengobatannya yang optimal," kata George dalam keterangan pers pada Kamis.

Baca juga: IDI ingatkan segera pergi ke RS bila anak tunjukkan gejala hepatitis akut
Baca juga: Demam paling banyak dilaporkan dalam gejala hepatitis akut
Baca juga: Dinkes Kota Singkawang antisipasi wabah Hepatitis akut pada anak

Menurut dia, keterbatasan ekonomi dan sosial dapat menimbulkan ketimpangan dan tantangan bagi masyarakat untuk mendapatkan pengobatan optimal dengan kualitas yang tinggi. Namun, akses pengobatan yang optimal dan deteksi dini nantinya memiliki peranan yang besar dalam menurunkan angka penderita Hepatitis C dan risiko penularannya.

Bertepatan dengan Hari Hepatitis Sedunia, Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia menegaskan pentingnya kesadaran terhadap masalah hepatitis di Indonesia dan menjelaskan pentingnya akses pengobatan bagi masyarakat.

Baca juga: Pemerintah Kota Pontianak antisipasi penyakit hepatitis akut
Baca juga: Dinkes Kalbar tingkatkan koordinasi untuk antisipasi kasus hepatitis akut
Baca juga: Dinkes Kupang Deteksi Dini Hepatitis Ibu Hamil

Dengan tema nasional tahun ini “Mendekatkan Akses Pengobatan Hepatitis karena Hepatitis Tidak dapat Menunggu”, diharapakan adanya peningkatan upaya penanggulangan melalui pencegahan, pengendalian penyakit hepatitis di Indonesia.

Hepatitis merupakan penyakit menular dalam bentuk peradangan hati yang disebabkan oleh virus dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat di dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Karolin ajak masyarakat cegah hepatitis akut dengan PHBS
Baca juga: Kapuas Hulu antisipasi penyakit hepatitis akut
Baca juga: Terapkan PHBS cegah penyakit hepatitis A

Virus Hepatitis B dan C ini menyebabkan sekitar 1,5 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya. Situasi itu tergambarkan dengan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dimana prevalensi pengidap hepatitis di Indonesia adalah 0,4 persen.

Hepatitis C menjadi salah satu jenis hepatitis prioritas dan sorotan saat ini di Indonesia karena risiko penularannya yang tinggi. Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis memiliki presentasi risiko tinggi untuk terinfeksi virus Hepatitis C, yaitu sebesar 15,16 persen.

Baca juga: RSUD KKU lakukan upaya preventif hepatitis akut misterius
Baca juga: Menko PMK ingatkan soal hoaks hepatitis akut dikaitkan vaksin COVID-19
Baca juga: Pakar: Survailens perlu dilakukan pada hepatitis misterius

Ironisnya, risiko terinfeksi virus Hepatitis C akan semakin meningkat apabila semakin lama waktu pasien tersebut menjalani hemodialisis. Prevalensi Hepatitis C pada pasien hemodialisis masih tetap tinggi karena pasien tersebut memiliki kecenderungan untuk menularkan virus Hepatitis C ke pasien Hemodialisis lainnya. Hal itu juga dipicu karena pasien hemodialisis dengan Hepatitis C jarang mendapatkan pengobatan yang optimal.

Melalui momentum Hari Hepatitis Sedunia yang diperingati tiap tanggal 28 Juli, diharapkan semua pihak baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat berkolaborasi untuk mewujudkan generasi bebas hepatitis.

Baca juga: RSPI Sulianti Saroso jadi rujukan rawat pasien Hepatitis misterius
Baca juga: Waspadai kanker hati jika maag tak kunjung sembuh
Baca juga: Sambas waspada Hepatitis A

"Di MSD, kami bekerja dengan mengutamakan inovasi terhadap pengobatan yang optimal bagi pasien dan terus memastikan pengobatan ini dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan. Kami sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk merealisasikan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengeliminasi Hepatitis C pada tahun 2030."

Di Indonesia, saat ini telah tersedia terapi anti Hepatitis C Virus golongan Direct Acting Antivirus (DAA) yang telah terbukti secara klinis mencapai respon kesembuhan lebih dari 95 persen.

Baca juga: PPHI: Penderita fungsi hati ringan boleh divaksinasi
Baca juga: Kemenkes cegah penularan dini 18 juta kasus hepatitis
Baca juga: Penderita Hepatitis A Singkawang meningkat

Kombinasi Elbasvir dan Grazoprevir dari Golongan DAA direkomendasikan untuk pasien dewasa dengan infeksi kronis hepatitis C (dengan atau tanpa sirosis) yang telah dibuktikan dengan efektifitas dan keamanannya. Sebagai tambahan, DAA dapat diberikan pada populasi pasien dengan gagal ginjal kronis (hemodialisa) maupun pasien geriatri. Adanya inovasi pengobatan ini menambah tingkat pengobatan pasien hepatitis C menjadi lebih optimal.

Selain itu, upaya-upaya pencegahan infeksi Hepatitis C bagi pasien Hemodialisis juga penting dilakukan, yaitu dengan menjalani standar prosedur pengendalian infeksi meliputi perilaku higienis yang terbukti secara efektif dapat mencegah penularan melalui darah dan cairan yang terkontaminasi diantara pasien. Melakukan upaya disiplin dalam menjaga kebersihan tangan, keamanan injeksi, dan pembersihan lingkungan.

Baca juga: Mengenai jenis, penyebab, gejala dan pengobatan hepatitis
Baca juga: Abang Muhammad Nasir: Ratusan desa di Kapuas Hulu masih buang air besar sembarangan
Baca juga: Kemarin, Abdul Somad talak istri hingga penularan Hepatitis A di Depok
Baca juga: Kasus hepatitis a di Singkawang capai 242 kasus
Baca juga: Penderita hepatitis a di Singkawang diperkirakan terus bertambah



 

Pewarta: Ida Nurcahyani

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022