Bogor (ANTARA Kalbar) - Asep Awaludin anggota Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencanda Daerah Bogor bertahan lima hari di Gunung Salak untuk mengikuti operasi SAR yang mencari dan evakuasi korban pesawat Shukoi yang jatuh di Gunung Salak, Rabu (9/5)
Raut lelah pada wajahnya menggambarkan penjalanan yang sangat memakan waktu dan terjal, namun Asep terus mengeluarkan senyum khasnya seakan lima hari berada di Gunung Salak tidak terasa oleh dirinya.
Bahkan, dirinya merasa bangga dan akan menjadi bahan cerita pengalaman pertamanya ini mengikuti operasi SAR (pencari dan pertolongan) kemanusiaan yang dilakukannya bersama tim SAR gabungan dari TNI, Polri, Basarnas dan relawan,
"Saya mampu bertahan padahal pada saat hari pertama naik ke Gunung Salak untuk ikut mencari dan evakuasi korban kecelakaan pesawat komersial Sukhoi Superjet-100 tidak membawa bekal logistik yang banyak hanya modal ikhlas saya melakukan operasi kemanusiaan ini," kata Asep kepada ANTARA usai turun dari ketinggian 2.211 meter Puncak Salak I.
Asep menceritakan, dirinya naik ke Gunung Salak pada Kamis, 10/5 untuk melakukan pencarian dengan 19 orang rekannya dari BPBD Bogor sekitar pukul 15.00 WIB dan sempat bermalam Gunung Salak kemudian kembali melanjutkan perlanan pada Jumat, 11/5 dan sampai di Puncak Gunung Bunder.
Namun, ada perintah dari posko bahwa lokasi jatuhnya pesawat sudah ditemukan titiknya akhirnya dirinya bersama rekannya bergeser ke lokasi titik jatuhnya Gunung Salak di ketinggian 2.000,5 meter dan sempat bergabung dengan tim SAR lainnya dari TNI, Polri dan Basarnas.
"Saya waktu itu cukup lelah karena tekad saya kembali melanjutkan perjalanan di hari kedua saya bersama rekan dari tim SAR gabungan, namun rekan saya dari BPBD sebagian sudah turun karena kelelahan dan tidak mampu melanjutkan perjalanan," tambahnya.
Tidur Di Tepi Jurang
Pada hari ketiga Asep sampai ke Puncak Salak I dengan ketinggian 2.211 meter padahal pada saat itu logistik yang ada di tanganya hanya air mineral tetapi untungnya ada pasokan logistik dari posko sehingga bisa menambah energi dirinya yang sudah mulai lelah.
"Saya sempat bermalam di Puncak Salak I karena pas sampai hari sudah mulai sore sehingga tidak mungkin melanjutkan perjalanan sampai ke lokasi jatuhnya pesawat," kata Asep.
Saat itu, dirinya hanya tidur dengan baju yang melekat di tubuhnya, karena ada beberapa anggota tim SAR dirinya harus nekad tidur di tepi jurang dengan cara mengikat tubuhnya dengan tali khawatir pada saat tidur dirinya terjatuh ke jurang.
"Saya cukup khawatir karena bergerak sedikit saja pada saat tidur saya bisa terjatuh ke jurang yang katanya dalamnya hingga 500 meter," tambahnya.
Selain dirinya, Asep mengatakan tim SAR gabungan yang sudah berada di lokasi tidur dengan menggantungkan pada pohon, inilah yang menjadi ide buat dirinya untuk tidur dengan mengikatkan tali pada tubuhnya. Karena cara itu harus dilakukan pada saat kondisi yang darurat.
Makan seadanya
Pada saat itu logistik belum sampai ke lokasi, dirinya terpaksa harus memakan makanan yang ada seperti hanya sepotong roti yang harus dibagi enam bersama rekan-rekannya, selain itu persediaan air mineral.
Dirinya juga merasa pada operasi ini tidak ada batasan jabatan mereka berbaur bersama yang lainnya dengan satu tujuan adalah cari dan selamatkan korban pesawat Sukhoi. Selain itu, solideritas antar tim juga ditunjukan dengan membagi makanan, padahal makanan yang ada tidak cukup hanya untuk satu orang tetapi rela berbagi dengan yang lainnya.
"Dengan sepotong roti yang dibagi enam saya cukup merasa kenyang dan baru dapat makanan pada sore hari, karena pada saat saya datang logistik sudah habis sehingga harus menunggu atau meminta makanan kepada rekan-rekan SAR yang masih memiliki cadangan makanan," kata Asep.
Di hari keempat dirinya pun kembali melanjutkan perjalanan dan sampai ke lokasi jatuhnya pesawat di tebing Gunung Salak dengan ketinggian sekitar 2.000,5 meter. Pada saat di lokasi dirinya sempat terenyuh melihat bangkai pesawat yang sudah hancur bersama korban yang sudah tidak utuh.
Sebelum melakukan evakuasi dirinya sempat memanjatkan doa untuk para korban yang sudah menjadi jenazah agar amal ibadahnya diterima oleh tuhan. "Saya dilokasi ditugaskan oleh tim SAR dari TNI untuk memegang kantong jenazah yang akan dievakuasi melalui jalur udara, jujur pada saat itu saya langsung kangen kepada istri dan anak saya, tapi rasa kangen itu hilang karena tekad iklas pada diri saya untuk membantu tim SAR dalam melakukan evakuasi korban," tambahnya.
Pada hari kelima dirinya kemudian naik ke Puncak Salak I dari lokasi jatuhnya pesawat untuk membantu evakuasi dua kantong jenazah dengan menggunakan Helikopter Super Puma TNI AU, usai menaikan kantong jenazah dirinya memutuskan untuk turun ke posko utama pencarian korban Sukhoi.
"Ini merupakan pengalaman pertama saya dalam melakukan misi kemanusiaan dan jika dibutuhkan lagi saya siap dan iklas untuk mengikuti misi SAR seperti ini," tambahnya.
(KR-ADR)
Lima Hari Bermodal Ikhlas Bantu Pencarian Korban Sukhoi
Kamis, 17 Mei 2012 22:17 WIB
Saya cukup khawatir karena bergerak sedikit saja pada saat tidur saya bisa terjatuh ke jurang yang katanya dalamnya hingga 500 meter.