Pontianak (ANTARA Kalbar) - Sebanyak 50 orang supir truk memprotes kebijakan Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) Bunut, Kabupaten Sanggau lantaran manajemen SPBU tersebut membatasi pembelian solar untuk setiap truk.
"Kami menilai, kebijakan manajemen yang membatasi pembelian solar untuk truk hanya 20 liter, itu sangat tidak berdasar. Bagaimana mungkin kita bisa beroperasi jika hanya memiliki 20 liter solar, sementara hampir semua truk memiliki trayek perjalanan jauh," kata salah satu supir truk ekspedisi, Agustinus, saat dihubungi dari Pontianak, Minggu.
Dia menyatakan, kebijakan dengan dibatasinya pembelian 20 liter setiap kendaraan baru muncul hari ini, sementara untuk jeriken tidak dibatasi. Memang SPBU itu memiliki dua tempat pengisian, dimana satu tempat di belakang, untuk pengisian pembelian menggunakan jeriken, sementara satu tempat lainnya untuk pengisian pembelian umum.
Agustinus menambahkan bahwa dirinya sangat mengesalkan adanya aturan waktu pembelian yang berbeda antara pembelian jeriken dengan pembelian umum. Pembelian dengan jeriken dilayani sejak pukul 07.00. Sementara pembelian umum baru dilayani pukul 08.00 WIB.
"Makanya, kami mempertanyakan stok solar yang begitu cepat habisnya, padahal kami hanya dijatah bis membeli 20 liter saja, jelas ini pelecehan. Bayangkan, dalam satu jam saja, stok solar yang disediakan sebanyak empat ribu liter untuk pembelian umum sudah habis," tuturnya.
Sementara itu, pemilik SPBU Bunut, Abang Tangok mengatakan, pihaknya memang sudah membuat kebijakan tersebut. Namun, kebijakan tersebut diubah menjadi 50 liter bagi setiap kendaraan, karena kebijakan itu awalnya dibuat berdasarkan pertimbangan-pertimbangan untuk kepentingan umum.
Abang Tangok mengakui kalau kebijakan itu dilakukan untuk mengantisipasi stok minyak yang cepat habis akibat ulah tangki-tangki siluman. Tapi, kebijakan itu tidak berlaku untuk mobil-mobil ekspedisi yang mengangkut barang untuk kelancaran distribusi barang.
"Pembatasan penjualan itu juga kita lakukan untuk mengantisipasi banyaknya pembeli yang menggunakan tangki siluman. Soalnya selama ini, ada truk yang membeli solar hingga 100 liter lebih, karena banyak tangki bahan bakar kendaraan yang sudah di modifikasi," tuturnya.
Dia menjelaskan, dalam setiap hari SPBU-nya mendapatkan pasokan sekitar delapan ribu liter solar dan 16 ribu liter bensin. Untuk pembagiannya, solar dibagi masing-masing empat ribu liter untuk pengisian pembelian menggunakan jeriken maupun umum, sementara untuk bensin tergantung, untuk pembelian jeriken hanya empat ribu liter dan pembelian umum 12 ribu liter.
Lebih lanjut, Abang Tangok mengungkapkan, pembelian yang dilakukan tidak menggunakan drum melainkan hanya jeriken. Pembelian tersebut juga sudah mengantongi izin atau rekomendasi dari Camat.
"Untuk SPBU-nya ada sekitar 100 lebih pemegang surat izin atau rekomendasi tersebut. Kita juga menerapkan sistem jatah untuk setiap pembeli," tuturnya.
(pso-171)