Jakarta (ANTARA Kalbar) - Matahari dan bulan berada segaris dengan bumi dalam peristiwa
astronomi langka pada Minggu, gerhana yang sekejab membuat matahari
membentuk cincin api dan meredupkan langit sebagian kawasan Asia dan
Amerika Utara.
Tipe gerhana semacam itu terjadi hampir setiap
tahun, tapi pengamat bintang tidak melihat bentuk menyerupai cincin api
dalam gerhana yang terjadi di Amerika Serikat sejak tahun 1994.
Peristiwa
semacam itu selanjutnya tidak akan terjadi sampai tahun 2023, demikian
menurut laporan dalam laman Kantor Berita Reuters.
"Itu karena femomena tersebut membutuhkan tata letak orbit tertentu," kata ilmuwan luar angkasa NASA, Jeffrey Newmark.
Gerhana
berbentuk cincin api terjadi saat orbit bulan berada pada titik terjauh
dengan bumi dan lebih dekat ke matahari. Posisi sejajar itu membuat
bulan menutup lebih dari 90 persen cahaya matahari.
"Ini seperti
meletakkan tinju di depan matamu, kau bisa menutup pandangan seluruh
gunung. Ini adalah efek semacam itu," kata Newmark.
Gerhana itu
pertama kali terlihat di bagian selatan Asia dan kemudian bergerak
melintasi Pasifik, lalu melakukan perjalanan dengan jalur diagonal
melintasi bagian Oregon, Nevada, Utah, Arizona dan New Mexico. Gerhana
diperkirakan menghilang di Texas bersama matahari terbenam.
Meski
siang tidak berubah jadi malam namun cahaya meredup saat bulan bergerak
ke depan matahari, dan perlahan kembali lagi saat bulan bergerak
menjauh.
Dari awal sampai akhir, gerhana hanya bisa dilihat
selama dua jam. Pemandangan yang disebut "ring of fire" bisa dilihat
pada puncak gerhana, meski berakhir dalam waktu sekitar empat menit dan
hanya bisa dilihat penonton yang menyaksikan di sepanjang garis tengah
jalur gerhana.(*)
Gerhana Matahari "Cincin Api" Meredupkan Langit
Senin, 21 Mei 2012 11:48 WIB