Medan (ANTARA Kalbar) - Gabungan Pengusaha Karet Indonesia hingga sekarang belum mengambil sikap meski harga ekspor karet Indonesia jenis SIR 20 terus anjlok di bawah 3 dolar AS per kilogram akibat krisis ekonomi di Eropa.
"Benar, harga ekspor SIR 20 sudah di bawah 3 dolar AS atau 2,849 dolar AS per kg untuk pengapalan Juli," kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, di Medan, Selasa.
Ia sudah memperkirakan harga ekspor bakal anjlok dengan melihat tren menurunnya terus harga komoditas itu di pasar internasional meski pada penutupan di bursa pada tanggal 27 Mei harga untuk Juli masih 3,653 dolar AS per kg.
Melihat kondisi pasar di tengah keuangan di Eropa juga masih sangat sulit dengan penyelesaian yang membutuhkan waktu cukup panjang, ada prakiraan harga yang di bawah 3 dolar AS per kg itu masih berkepanjangan atau minimal hingga Juli.
"Harga SIR 20 hingga Juli diperkirakan di kisaran 2,80an dolar AS per kg," katanya.
Sebelumnya, lanjut dia, harga ekspor karet bisa menguat hingga 4 dolar AS per kg karena dipicu pembelian yang meningkat dari China. Akan tetapi, belakangan ini ekonomi China tampak juga melesu sebagai dampak krisis AS dan Amerika.
Harga ekspor yang anjlok itu langsung berpengaruh pada harga di pabrikan lokal atau tinggal Rp21.700,00--Rp23.700,00 per kg dari sebelumnya Rp28.300,00--Rp30.300,00 per kg.
"Harga di pabrikan yang anjlok tentunya memengaruhi harga jual di tingkat petani juga," katanya.
Meski harga sudah di bawah 3 dolar AS, menurut Edy, Gapkindo maupun pemerintah belum mengambil sikap seperti berencana mengurangi atau menahan volume ekspor seperti lazim dilakukan.
Negara produsen lainnya, seperti Malaysia dan Thaland atau badan karet dari tiga negara itu, kata dia, juga belum mengambil sikap.
"Belum ada sikap resmi meski harga yang anjlok itu dipastikan mengganggu. Semuanya masih melihat situasi pasar, apalagi diketahui bahwa anjloknya harga bukan karena tindakan spekulan, melainkan memang karena dampak krisis," katanya.
Harga Ekspor Karet Indonesia Anjlok Lagi
Selasa, 12 Juni 2012 19:12 WIB