Dubai (ANTARA Kalbar)
- Yaman meminta penggunaan pesawat tak berawak AS "dalam sejumlah
kasus" untuk menyerang pemimpin-pemimpin Al Qaida di negara itu, kata
Menteri Luar Negeri Yaman Abu Bakr al-Kurbi, Rabu.
"Pesawat-pesawat tak berawak digunakan atas permintaan Yaman
dalam sejumlah kasus untuk menyerang pemimpin Al Qaida yang melarikan
diri," kata Kurbi kepada AFP di sela-sela konferensi pemberantasan
perompakan di Dubai.
Pernyataan menteri itu merupakan pengakuan resmi pertama Yaman mengenai penggunaan pesawat tak berawak AS.
Pasukan Yaman bulan ini berhasil merebut kembali sejumlah kota
yang dikuasai Al Qaida tahun lalu di provinsi wilayah selatan, Abyan.
Pada Mei dalam wawancara di program televisi ABC "This Week",
Menteri Pertahanan AS Leon Panetta memuji penggunaan pesawat tak berawak
sebagai "senjata paling tepat yang kami miliki" dalam operasi untuk
menyerang kelompok militan tersebut.
Pernyataan itu juga merupakan pengakuan resmi pertama AS mengenai
penggunaan pesawat tak berawak untuk menyerang tersangka anggota Al
Qaida di Yaman.
Kurbi mengatakan, "Yang dikhawatirkan adalah penyusupan ekstrimis dan teroris ke Yaman" dari Somalia.
"Sangat sulit bagi kami untuk menyebutkan perbedaan antara
seseorang yang mengungsi karena alasan kemanusiaan dan seorang teroris,"
katanya.
Pada Februari, panglima pasukan Uni Afrika di Mogadishu Mayor
Jendral Fred Mugisha mengatakan, gerilyawan Al-Shabaab yang bersekutu
dengan Al Qaida melarikan diri dari negara itu menuju Yaman dalam jumlah
besar.
Bulan ini, serangan bom bunuh diri gerilyawan Somalia menewaskan
panglima militer untuk Yaman selatan Jendral Salem Ali Qoton, yang
memimpin ofensif lima pekan terhadap militan Al Qaida.
Ofensif pasukan Yaman yang diluncurkan bulan lalu berhasil
menghalau militan Al Qaida dari sejumlah kota dan desa di wilayah
selatan dan timur yang selama lebih dari setahun mereka kuasai.
Sejak ofensif militer dimulai pada 12 Mei, ratusan orang yang
mencakup anggota Al Qaida, prajurit, militan lokal pro-militer dan warga
sipil tewas.
Ofensif itu didukung oleh pesawat tak berawak AS yang pada hari
itu melancarkan dua serangan udara di Yaman timur yang menewaskan 11
terduga anggota Al Qaida.
Pada 6 Mei, serangan udara AS di Yaman timur menewaskan pemimpin
Al Qaida Yaman Fahd al-Quso, yang diburu dalam kaitan dengan pemboman
mematikan terhadap kapal USS Cole pada 2000.
Serangan pada Oktober 2000 terhadap USS Cole, kapal perusak
Angkatan Laut AS, di pelabuhan Aden, Yaman, menewaskan 17 pelaut dan
mencederai 40 orang.
Quso tewas dalam serangan dua rudal di dekat rumahnya di Rafadh, sebelah timur Ataq, ibu kota provinsi Shabwa.
Menurut laporan-laporan, pesawat-pesawat tak berawak AS
melancarkan sekitar sepuluh serangan udara di Yaman dalam empat bulan
terakhir.
Badan Intelijen Pusat AS (CIA) meminta izin untuk melancarkan
serangan lebih lanjut pesawat tak berawak di Yaman, meski ada risiko
korban mungkin bukan teroris, kata Washington Post pada April.
AS tidak pernah secara resmi mengakui penggunaan pesawat tak
berawak terhadap Al Qaida di Yaman, yang dianggap sebagai cabang paling
aktif dan mematikan dari jaringan teror global itu dan menjadi pusat
perang melawan teror.
Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman
ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al Qaida di Semenanjung Arab
(AQAP).
AS ingin presiden baru Yaman, yang berkuasa setelah protes
terhadap pendahulunya membuat militer negara itu terpecah menjadi
kelompok-kelompok yang bertikai, menyatukan angkatan bersenjata dan
menggunakan mereka untuk memerangi kelompok militan itu.
Militan melancarkan gelombang serangan sejak mantan Presiden Ali
Abdullah Saleh pada Februari menyerahkan kekuasaan kepada wakilnya,
Abdrabuh Mansur Hadi, yang telah berjanji menumpas Al Qaida.
Pada Maret, 185 prajurit tewas dalam serangan besar Al Qaida
terhadap sebuah kamp militer di dekat Zinjibar, ibu kota provinsi Abyan.
(M014)
Yaman Akui Penggunaan Pesawat Tak Berawak AS
Kamis, 28 Juni 2012 8:46 WIB