Jambi (ANTARA Kalbar) - Greenpeace merilis sedikitnya 51 ekor Harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) dinyatakan hilang dari habitatnya di hutan-hutan Sumatera disebabkan berbagai sebab.
"Memang informasi dari GP (greenpeace) begitu jumlahnya disebutkan 51 ekor setiap tahunnya di seluruh hutan Sumatera, tapi hingga kini tidak tahu berapa jumlah pastinya yang hilang dari hutan Taman Nasional Kerinci Seblat," kata koodinator program patroli Pelestarian Harimau Sumatera (PHS) TNKS, Dian Risdianto di Jambi, Senin.
Namun di sisi lain, dia mengakui, setiap tahunnya masih terus terjadi kasus menghilangnya harimau-harimau sumatera dari populasinya di hutan TNKS yang cakupannya meliputi tiga provinsi yakni Jambi, Sumbar dan Bengkulu.
"Tapi kita tidak tahu jumlah pastinya karena memang kita belum melakukan penelitian ilmiah yang khusus tentang tingkat kehilangan individu harimau dari populasinya ini di hutan TNKS, khususnya penelitian terkini," ujar Dian.
Sementara pihak TNKS sendiri yang dikonfirmasi yakni Kasi Teknis Konservasi Agussetia Sitepu mengungkapkan hal serupa, karena pihak TNKS hingga kini memang belum memiliki data valid yang berdasarkan penelitian ilmiah tentang keberadaan harimau Sumatera tersebut.
Ia mengatakan saat ini data yang dimiliki balai besar (BB) TNKS memang menunjukkan angka berkurangnya jumlah populasi harimau sumatera terus terjadi dikarenakan berbagai sebab.
Menurut dia, selain karena harimau yang 'Ngurak' (mati tua), juga karena pertarungan antar harimau memperebutkan atau mempertahankan teritorial wilayahnya.
"Dan yang terpenting adalah akibat masih terus terjadi perburuan liar yang dilakukan oleh para pembur liar yang menjadikan harimau sebagai bisnis dan hobi serta juga oleh warga yang terusik oleh keberadaan harimau yang sering memangsa ternak bahkan warga," kata dia.
Hilang atau lenyapnya harimau itu diakibatkan oleh perburuan liar baik dengan cara ditangkap hidup-hidup maupun dibunuh secara langsung oleh oknum tertentu yang memanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
Menurut dia masih terjadinya perburuan liar itu terbukti dengan sering ditangkapnya para pelaku yang diduga sebagai pemburu harimau oleh tim gabungan dari Polres Kerinci dan BB TNKS.
Data Balai Besar TNKS menyebutkan, dari tahun 1998 hingga 2002 tercatat ada sekitar 253 ekor harimau sumatera dari data itu lah berikutnya diakumulasi Greenpeace dalam mempersentasekannya hingga ditemukan angka perkiraan 51 ekor hilang setiap tahunnya.
Diakui dia juga, bukan rahasia umum lagi kalau saat ini bahwa Indonesia saat ini dikenal sebagai 'sumber' tulang harimau terbesar di dunia, dan merupakan pemasok utama untuk pasar bagian tubuh dan produk harimau lainnya ke negara-negara Asia Timur.
"Namun tingginya ancaman terhadap populasi harimau sumatera itu terus diupayakan seiring dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan, termasuk BB TNKS, di antaranya melalui konservasi," ujarnya.
Saat ini, diperkirakan populasi harimau Sumatera yang masih tersisa dan hidup di hutan berkisar 300 hingga 500 ekor, dan terus mengalami ancaman oleh aktivitas perburuan ilegal.
(PSO-144)