Jakarta (Antara Kalbar) - PT Pertamina (Persero) pada 2012 mencetak laba Rp25,89 triliun atau sekitar 2,76 miliar dolar AS, naik 26,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp20,47 triliun.
"Laba ini lebih tinggi dari yang ditargetkan perseroan. Ada peningkatan tajam dari Rp20,47 triliun pada 2011, 2012 menjadi Rp25,89 triliun," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Pencapaian laba bersih itu juga mendorong EBITDA hingga 8,32 persen sebesar Rp56,82 triliun dibandingkan EBITDA pada 2011 sebesar Rp52,45 triliun. Pencapaian itu juga merupakan laba tertinggi sepanjang sejarah berdirinya perseroan.
Sementara itu, perseroan membukukan pendapatan sebesar 70,9 miliar dolar AS (sekitar Rp659 triliun), naik 118 persen dibandingkan rencana kerja perusahaan (RKP) sebesar 59,9 miliar dolar AS atau meningkat dari pendapatan 2011 sebesar 67,2 miliar dolar AS.
Kinerja keuangan itu ikut mendongkrak kontribusi perseroan bagi penerimaan negara dalam bentuk dividen maupun setoran pajak sekitar Rp66,11 triliun. Nilai tersebut terdiri dari Rp7,74 triliun berupa dividen dan Rp58,37 triliun dalam bentuk setoran pajak.
"Nilai tersebut naik sekitar lima persen dibandingkan dengan 2011 yang mencapai Rp63,03 triliun," katanya.
Karen menuturkan produksi migas naik tipis dari 457.640 BOEPD pada 2011 menjadi 461.640 BOEPD pada 2012. Produksi migas itu merupakan kontributor penting bagi laba perusahaan di tengah tren penurunan produksi migas nasional.
Peningkatan produksi juga diikuti dengan penambahan cadangan migas yang mencapai 453,37 juta barel setara dengan total minyak sepanjang 2012.
Selain itu, kinerja produksi uap panas bumi (geothermal) untuk pembangkit listrik juga memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan dan laba bersih perusahaan. Realisasi produksi uap panas bumi pada 2012 mencapai 15,69 juta ton per tahun atau naik 2,55 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
"Meski demikian, perseroan masih mengalami kerugian sebesar 476 juta dolar AS untuk penugasan penyaluran BBM PSO. Dan LPG," katanya.
Perseroan, lanjutnya masih merugi Rp84,4 miliar untuk bahan bakar minyak subsidi (BBM PSO) dan sekitar Rp5,1 triliun untuk bisnis LPG 12 kilogram karena masih menjual di bawah harga pokok pembelian.
Pertamina Cetak Laba Rp 25,89 Triliun
Rabu, 27 Februari 2013 21:47 WIB