Medan (Antara Kalbar) -Indonesia dan produsen utama karet dunia lainnya mulai 10-13 April 2013 kembali melakukan pertemuan membahas stabilisasi harga karet di Phuket, Thailand menyusul anjloknya terus harga komoditas itu.
"Yah benar ada pertemuan membahas stabilisasi harga karet di Thailand mulai hari ini karena ada utusan Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) Pusat yang ikut," kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah ketika dikonfirmasii di Medan, Rabu.
Namun dia menolak merinci agenda pertemuan dengan dalih bukan kewenangan Gapkindo, tetapi Kementerian Perdagangan.
"Yang pasti tentunya membahas penurunan harga karet yang sedang terjadi dan evaluasi kebijakan negara produsen sebelumnya yang memangkas ekspor sebesar 300.000 ton yang dilakukan sejak Oktober 2012 hingga Maret 2013," katanya.
Seperti diketahui, sebelumnya International Tripartite Rubber Council (ITRC) menjalankan skema pengurangan volume ekspor karet (Agreed Export Tonnage Scheme/AETS) sebesar 300.000 ton dengan tujuan mengangkat harga ekspor yang jatuh di bawah 3 dolar AS per kg.
Gapkindo sendiri berharap, pertemuan itu bisa menghasilkan kebijakan yang membuat harga bergerak naik kembali.
"Indonesia, Malaysia dan Thailand memang punya andil besar dalam menentukan harga karet mengingat produksi dan ekspor karet dari tiga negara itu mencakup hampir 70-80 persen dari total produksi dan ekspor dunia," katanya.
Edy menyebutkan, anjloknya harga karet seperti jenis SIR 20 Indonesia yang tinggal 2,55 dolar AS pada 9 April dipicu oleh dua faktor utama yakni banyaknya stok di Jepang dan China serta harga minyak mentah pada 3 April sebesar 2,628 dolar AS per kg untuk pengapalan Mei.
"Turunnya harga ekspor tentunya berdampak langsung ke harga bokar (bahan olah karet) di pabrikan Sumut.Kalau pekan lalu masih Rp20.582 - Rp22.582 per kg, pekan ini tinggal Rp19.886 - Rp21.886 per kg.
Petani karet Sumut, Siregar menyebutkan, harga getah karet di petani semakin rendah atau di kisaran Rp7.500 - Rp8.000 per kg.