Jakarta (Antara Kalbar) - Kapan anda terakhir kali menonton kisah tentang Superman yang memuaskan? Mungkin pertanyaan itu yang ingin coba dijawab oleh Warner Bros dalam "Man of Steel".
Setelah beberapa kali berhasil mengisahkan kembali beberapa tokoh komik dan pahlawan super dalam beberapa tahun terakhir, Hollywood akhirnya memutuskan untuk menceritakan kembali kisah manusia super yang paling terkenal itu.
Sutradara Zack Snyder yang sukses lewat film "300" dan "Watchmen" dipercaya untuk mengarahkan Henry Cavill, yang merankan tokoh manusia super bernama Clark Kent, dalam film terbaru yang tidak berhubungan dengan beberapa kisah "Superman" terdahulu.
Kisah "Superman" yang pertama kali muncul dalam komik buatan Bob Kane pada 1939, kemudian ditulis ulang oleh dua sineas yang sukses lewat trilogi heroik "Batman", Christopher Nolan dan David S. Goyer.
Hasilnya? Bisa dikatakan memuaskan.
Film sepanjang 143 menit itu memang akan terasa lambat ditonton saat paruh pertama, ketika cerita berfokus tentang asal-usul Clark, mulai dari bagaimana dia di lahirkan, lalu dikirim ke Bumi, hingga berbagai perjuangannya menerima kekuatan luar biasa yang dimilikinya.
Nolan dan Goyer tampaknya berupaya keras untuk menciptakan sebuah landasan kuat atas mitologi Superman. Hal itu terlihat dari bagaimana pernceritaan soal sejarah kehancuran Krypton, bagaimana Superman bisa berbeda dengan manusia biasa, hingga proses adaptasi Kal-El terhadap iklim Bumi yang berbeda dengan planet asalnya.
Namun alur cerita akan kembali normal, bahkan berubah cepat ketika film memasuki paruh kedua, ketika para penonton disuguhi berbagai aksi laga antara manusia super dan tokoh jahat, yang dibumbui spesial efek memukau.
Dana 225 juta dolar AS yang digelontorkan untuk "Man of Steel" benar-benar terbayar dengan tampilan adaptasi teknologi CGI terkini yang memanjakan mata.
Snyder tampaknya ingin menegaskan kembali karakter penyutradaraannya yang sarat dengan spesial efek, meskipun unsur drama dari pengisahan cerita yang ditulis Nolan sangat kental dalam Man of Steel.
Tak hanya itu saja, penampilan berbagai aktor beken yang mendukung film itu juga terbukti mampu mengangkat pamor kisah superman kali ini, yang sempat redup pasca-kegagalan "Superman Returns" garapan Bryan Singer yang dinilai tak sarat aksi oleh para kritikus film.
Nama besar seperti Russel Crowe (yang memerankan tokoh Jor-El), Kevin Costner (Jonathan Kent), Diane Lane (Martha Kent), dan Amy Adams yang memerankan tokoh Lois Lane, kekasih Superman.
Akting yang paling menonjol tentunya datang dari Cavill sendiri, yang sebelumnya tidak pernah tampil di film besar Hollywood. Pencapaian karirnya yang paling menonjol sebelum menjadi Clark Kent adalah ketika menjadi Charles Brandon dalam serial drama televisi kolosal "The Tudors".
Satu-satunya hal yang kurang dari Cavill adalah dia terlalu serius dan agak tegang, sehingga tokoh Clark Kent lebih terkesan judes daripada tegas.
Selain itu penampilan Amy Adams sebagai reporter pemenang Pulitzer yang berinsting tajam pun tergolong cemerlang. Walaupun keduanya memang tampak kekurangan "chemistry" sebagai pasangan.
Jika anda menonton beberapa film tentang Superman sebelumnya, maka kali ini akan ada sedikit kejutan tentang Lois Lane di pertengahan film. "Man of Steel" agaknya memang dibuat sedikit keluar "pakem" untuk menampilkan kisah yang lebih segar namun tak kalah menghibur.
Berbicara soal perubahan, hal yang paling jelas dalam film yang telah meraup lebih dari 100 juta dolar AS dalam tiga hari pemutaran perdananya di AS itu akan terlihat pada kostum baru sang manusia super.
Superman yang selama lebih dari tujuh dekade terakhir digambarkan memakai celana dalam berwarna merah di luar, kini meninggalkan tradisi itu dan mengenakan kostum yang lebih futuristik.
Selain itu lambang "S" di dada sang "superhero" yang biasa dikenal sebagai kepanjangan dari "Superman" pun diberi makna filosofis yang lebih dalam oleh pencerita.
Selalu ada awal yang baru untuk setiap kisah, karena Cavill yang berusia 30 tahun pun merupakan aktor non-Amerika pertama yang berperan sebagai Superman di layar lebar.
Hal yang paling menonjol dalam "Man of Steel" adalah sisi humanis Kal-El, seorang alien bagi para manusia biasa.
Pergolakan batin dalam sosok heroiknya pun seolah ingin memberikan pesan bahwa untuk menjadi seorang pahlawan super, dibutuhkan juga sifat humanis yang melebihi sifat manusia pada umumnya.
Resensi Film - Man of Steel Gambarkan Superman yang Humanis
Rabu, 19 Juni 2013 23:12 WIB