"Penelitian dilakukan dengan periode pencarian dua tahun lalu, tepatnya Juli 2011," kata peneliti dari PR, Adi Ahdiat saat dihubungi dari Pontianak, Sabtu.
Ketiga jenis makanan tersebut dibandingkan dengan "tom yam" (Thailand), "bulgogi" dan "bibimbap" (Korea Selatan).
Hasilnya, ia melanjutkan, nasi goreng yang paling banyak diperbincangkan di jejaring sosial dengan 2,3 juta perbincangan di luar Indonesia, diikuti rendang dengan 1,1 juta perbincangan, serta sate dengan 533 ribu perbincangan.
Sementara untuk tom yam, di luar Thailand memperoleh 254 ribu perbincangan, bulgogi dan bibimbap di luar Korea masing-masing memperoleh 210 ribu dan 162 ribu perbincangan.
Sedangkan kalau Indonesia diikutsertakan dalam pantauan, maka total perbincangan sate di Twitter akan mencapai 8,6 juta; nasi goreng 5,4 juta dan rendang 2,5 juta perbincangan.
Jauh melampaui misalnya "lasagna", masakan internasional asal Italia, yang perbincangannya mencapai 3,8 juta, namun mendekati "spaghetti" yang mencapai 9 juta.
Bahkan perbincangan bibimbap dan bulgogi di luar Korea sendiri, paling banyak kedua adalah di Indonesia (bulgogi 40 ribu, bibimbap 26 ribu).
Semuanya pernah masuk ke dalam daftar 50 makanan terlezat dunia versi jajak pendapat CNN tahun 2011. Di daftar tersebut, rendang dan nasi goreng secara berurutan menempati peringkat pertama dan kedua.
Ia menambahkan, hal itu membalik anggapan bahwa masakan negara-negara Asia lainnya lebih memikat hati orang-orang mancanegara. "Namun sebagai negara yang sama-sama belum memiliki gerai makanan sebanyak masakan Cina dan Jepang, masakan Indonesia berada di posisi yang lebih unggul," kata dia.
Tetapi pihaknya menyayangkan bahwa banyak di antara warga dunia yang menikmati makanan asal Indonesia tersebut di restoran Cina atau restoran umum yang menyediakan masakan-masakan Asia.
"Gerai makanan Indonesia memang terbilang langka di mancanegara. Sehingga menjadi hal yang lazim jika orang-orang asing cenderung mengira nasi goreng, sate, atau rendang berasal dari Thailand, Singapura, atau bahkan Malaysia," kata dia.
Ia menilai akan lebih produktif untuk mendorong pendirian dan pengembangan gerai masakan Indonesia di berbagai negara ketimbang meributkan atau mengkhawatirkan masakan kita diklaim negara tetangga.
Ia menegaskan, fakta tersebut menunjukkan Indonesia adalah pasar komoditas kuliner yang sangat potensial. "Ekspansi adalah hal yang semestinya dilakukan untuk kian memajukan industri kuliner Indonesia," kata dia.
Ia mencontohkan Pemerintah Thailand yang sejak lama mendorong internasionalisasi kulinernya dengan kampanye "Thailand, Dapurnya Dunia". "Pemerintah Thailand menyediakan pusat pelatihan, informasi, serta peminjaman dana bagi mereka yang ingin membuka gerai makanan Thailand di negara lain," ujar dia.
Ia yakin, banyak nilai strategis dari ekspansi kuliner tersebut. "Memperkuat kebanggaan nasional, mengundang turis ke tanah air, membuka pasar ekspor bahan pangan, mendatangkan devisa, mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Adi Ahdiat.
T011