Medan (Antara Kalbar) - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksi harga ekspor komoditas itu akan naik menyusul terjadinya musim kering dan naiknya terus harga minyak mentah di pasar internasional.
"Musim kering akan menyebabkan produksi karet di Indonrsia dan negara produsen lainnya menurun, sementara naiknya minyak mentah akan mengalihkan pembelian karet sintetis ke karet alam,"kata Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Eddy Irwansyah di Medan, Selasa.
Harga minyak mentah misalnya diperkirakan bisa menembus 150-200 dolar AS per barel, sementara produksi akan semakin turun karena musim kering diduga masih berkepanjangan antara lain sebagai efek El Nino.
Kenaikan harga itu semakin diyakini karena perekonomian negara utama impor karet yakni Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang dan Amerika Serikat terlihat tren membaik.
"Pasokan yang sedikit dan sebaliknya permintaan meningkat diduga akan memicu kenaikan harga dan itu sangat dinanti pengusaha dan petani karet di Indonesia," katanya.
Eddy menegaskan, harga ekspor karet yang sudah jauh di bawah dua dolar AS per kg dan menyebabkan harga bahan olah karet (bokar) yang tinggal sekitar Rp5.000 per kilogram sangat menyulitkan dan merugikan.
"Mudah-mudahan harga karet bisa tergerek terus setelah beberapa hari terlihat mulai menguat," katanya.
Dia menyebutkan, kalau harga ekspor karet sebelumnya tinggal 1,674 dolar AS per kg, maka di posisi 13 Juni lalu sudah naik menjadi 1,680 dolar AS per kg.
Petani karet di Sumut, K Siregar menyebutkan, meski diinformasikan harga ekspor sudah bergerak naik, tetapi harga di petani masih tetap Rp5.000 per kg.
"Sudah biasalah itu soal lamanya penyesesuaian harga kalau saat naik. Tetapi kalau harga ekspor turun cepat kali berdampak pada penurunan harga petani," katanya.