Sekadau (Antara Kalbar) - Warga Sekadau, Sujianto, salah satu pekerja pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang tewas akibat tertimbun tanah longsor di lokasi PETI di kawasan Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang, Kamis (15/1), dimakamkan di kampung halamannya Sekadau.
Munjaimah terisak haru, tangisnya memecah kerumunan para pelayat yang mendatangi kediamannya. Ibu dua anak ini tak kuasa membendung air matanya. Sang suami meninggal dengan cara yang tragis ketika sedang mencari rezeki buat kebutuhan keluarga.Â
Sujianto, suami Munjaimah, merupakan salah satu pekerja pertambangan emas tanpa izin (PETI) yang tewas akibat tertimbun tanah longsor di lokasi PETI di kawasan Kecamatan Monterado, Kabupaten Bengkayang sehari lalu.Â
Sujianto merupakan warga asal Kabupaten Sekadau harus meregang nyawa bersama rekannya sesama pekerja PETI.
Berita kematian Sujianto baru sampai ke telinga Munjaimah Kamis malam. Ia dan keluarga syok mendengar kabar duka tersebut. Jenazah Suji tiba di rumah duka di Jalan Kerama, Desa Sungai Ringin (16/1) dinihari.Â
Pihak keluarga langsung menyiapkan prosesi pemakaman hari itu juga. Munjaimah tak terlihat saat jenazah suaminya dimandikan, dishalatkan dan diberangkatkan menuju tempat pemakaman umum.
Menurut para kerabat, Munjaimah tak kuasa. Ia hanya terbaring di kamarnya dan para kerabat tampak berusaha menenangkan wanita paruh baya ini.
Tak hanya pihak keluarga yang kaget mendengar kabar kematian Sujianto. Para tetangga pun sempat tak percaya, tetangga yang rumahnya tepat bersebelahan dengan rumah korban mengaku baru mengetahui kabar duka itu Kamis malam.
"Saya baru tahu tadi malam. Ya kaget lah pastinya, soalnya almarhum tidak sedang sakit. Rupanya meninggalnya karena tertimbun tanah longsor. Innalillahi...," ujar Basir ketika dikunjungi para pewarta di kediamannya usai prosesi pemakaman korban.
Dia melanjutkan, sepengetahuannya, Sujianto berangkat menuju Kabupaten Bengkayang tepat awal tahun ini. Saat itu, Suji memang mengatakan akan bekerja disana, di lokasi tambang emas.
"Dia memang sudah biasa kerja emas, tapi baru awal tahun ini ke Bengkayang. Itupun kerjanya baru empat hari belakangan, sebelumnya sempat nganggur katanya. Selama bekerja, Suji memang belum sempat pulang ke rumah. Mungkin hasil yang didapatkan belum mencukupi. Tak disangka, pulang-pulang Suji tinggal nama," lanjutnya.
Masih menurut Basir, tragis sekali, prihatin melihat keadaannya. Mudah-mudahan amal ibadah selama hidupnya diterima oleh Tuhan. Semasa hidupnya, Suji dikenal sebagai pria yang supel dan ramah.
"Meski mengaku jarang berkomunikasi dengan Suji, saya menganggap korban sebagai tetangga yang baik. Kami jarang ketemu. Tapi almarhum orangnya baik, ramah gitulah. Tidak nyangka saya akan secepat ini (meninggal)," katanya.
(Faiz/N005)