Sungai Raya (Antara Kalbar) - Pelaksana tugas Sekda Kabupaten Kubu Raya, Nusryam Ibrahim mengingatkan warga Kubu Raya agar tidak membakar lahan gambut untuk aktivitas apapun karena dampaknya sangat besar terhadap kesehatan dan pemanasan global.
"Gambut terbentuk dari timbunan bahan organik yang sebagian lapuk, menumpuk dalam jangka waktu yang sangat lama, dan selalu dalam keadaan basah. Lahan gambut menyimpan karbon secara signifikan, yaitu 20-35 persen dari total karbon yang tersimpan di permukaan bumi, makanya jika lahan gambut terbakar, dampaknya sangat besar terhadap meningkatnya pemanasan global," kata Nrsyam di Sungai Raya, Senin.
Dia menjelaskan, lahan gambut Indonesia memiliki kapasitas sebagai penyimpan karbon sebesar 3 sampai 6 kali lebih tinggi daripada lahan gambut di daerah yang beriklim sedang, menyimpan setidaknya 550 Gigaton karbon yang setara dengan seluruh biomassa teresrial lain atau dua kali jumlah seluruh karbon yang tersimpan pada hutan di seluruh dunia.
Terkait hal itu, dia meminta masyarakat agar tidak membakar dalam membuka lahan pertanian dan perkebunan, khususnya di lahan gambut.
"Terlebih, saat ini titik api yang terdeteksi di Kubu Raya cukup banyak dan kondisi udara sudah semakin parah karena semakin tebalnya kabut asap," tuturnya.
Menurutnya, Bapak Kubu Raya Rusman Ali juga berpesan kepada semua masyarakat khususnya yang aktivitasnya berkebun dan bertani terlebih yang melakukan pembukaan lahan baru agar tidak membuka lahan dengan membakar.
"Sebab saat ini titik api yang terpantau di Kubu Raya sangat banyak dan kondisi udara di Kubu Raya dan sekitarnya sudah semakin buru karena semakin tebalnya kabut asab," katanya.
Nursyam mengatakan perlu adanya kesadaran dari masyarakat agar tidak terbiasa membakar lahan saat membuka lahan perkebunan dan pertanian baru. Hal tersebut perlu dibiasakan agar tidak merusak lingkungan dan tidak mengganggu lingkungan dan masyarakat lain.
Mengingat kondisi mayoritas lahan gambut di Kubu Raya sehingga sangat potensial menghasilkan udara yang buruk jika dibakar denqan sulit diatasi karena ketebalan gambut tersebut.
Secara medis, Nursyam mengatakan gangguan asap dari lahan gambut akan sangat cepat mengganggu kesehatan pernapasan, paru dan kesehatan yang lainnya.
"Jika sudah terjadi seperti sekarang ini kan banyak orang yang dirugikan termasuk yang membakar sendiri, jadi kita minta agar petani-petani kita juga perlahan-lahan memiliki rasa kepedulian dan kesadaran akan kesehatan lingkungan," kata Nursyam.
(KR-RDO/N005)
Sekda : Pembakaran Lahan Gambut Berisiko Pemanasan Global
Selasa, 14 Juli 2015 0:14 WIB