Jakarta (Antara Kalbar) - Sebagaimana telah dilakukan bersama-sama dengan pihak perwakilan negara Selandia Baru, Republik Indonesia RI terus meningkatkan kerja sama guna memberdayakan potensi energi panas bumi yang terkandung di Tanah Air,
Rilis Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan Selandia Baru memandang Indonesia sebagai tetangga paling penting bagi negara yang berada di ujung paling selatan dari belahan bumi selatan tersebut.
Indonesia sendiri, menurut Menko Maritim Indroyono Soesilo, memandang Selandia Baru sebagai negara sahabat yang memiliki potensi besar untuk diajak bekerja sama di sejumlah bidang khusus, antara lain pengembangan energi panas bumi.
Dalam pertemuan antara Menko Maritim RI dan Duta Besar Selandia Baru Trevor Matheson di Jakarta, Jumat (24/7), kedua belah pihak sepakat meningkatkan kerja sama energi panas bumi, terutama dalam hal rancang bangun pembangkit listrik energi panas bumi.
Selain itu, lanjut dia, kerja sama lainnya antara kedua negara tersebut adalah mencakup kajian teknoekonomi dari penggunaan energi panas bumi serta kajian dampak dari pengembangan dan penggunaan energi panas bumi dalam hal sosial budaya di tengah masyarakat.
Kerja sama tersebut dinilai merupakan hal yang penting mengingat baik Republik Indonesia maupun Selandia Baru juga berada di jalur "Ring of Fire" yang berdampak kepada kedua belah negara memiliki potensi energi panas bumi yang besar di wilayan masing-masing.
Sebagaimana diwartakan, sejumlah daerah di Indonesia seperti Kabupaten Lampung Barat memiliki potensi energi, yakni berupa pembangkit listrik tenaga panas bumi (geotermal) yang berada di Suoh dan Sekincau dengan potensi sebesar 660 megawatt.
Wakil Gubernur Lampung Bachtiar Basri di Bandarlampung, Selasa (14/7), mengatakan bahwa selain dua lokasi tersebut Universitas Lampung mencatat ada potensi panas bumi di tiga lokasi, yaitu di Kecamatan Belalau 25 megawatt, Bacingot 225 megawatt, dan Fajar Bulan dengan potensi 100 megawatt.
Mengingat besarnya potensi tersebut, lanjut dia, baik pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten, harus bersinergitas untuk melaksanakan program/kegiatan guna memaksimalkan potensi geotermal tersebut sehingga daerah Lampung, khususnya Lampung Barat, tidak mengalami defisit listrik.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyiapkan pendanaan sebesar 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp33 triliun untuk investasi pembangkit listrik tenaga panas bumi hingga 2019.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam siaran pers di Jakarta, Minggu (5/7), menjelaskan dana tersebut untuk menambah kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 505 megawatt hingga menjadi 907 megawatt pada tahun 2019.
"Kami telah menempatkan pengembangan panas bumi dalam salah satu prioritas strategis dan kami telah memiliki cetak biru pengembangan panas bumi hingga 2019," katanya saat peresmian PLTP Kamojang Unit 5 oleh Presiden Joko Widodo di Garut, Jabar, Minggu (5/7).