Jakarta (Antara Kalbar) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan angin membawa asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan masuk ke Singapura dan sebagian wilayah Serawak, Malaysia.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, angin yang mengarah ke Timur Laut menyebabkan asap dari Riau, Jambi dan Sumatera Selatan masuk ke wilayah Singapura.
"Sumber asap terbesar berasal dari Sumsel," katanya dalam keterangan pers, Sabtu.
Kondisi itu, menurut dia, menurunkan kualitas udara di Singapura pada Jumat (11/8) pagi.
Selain itu, menurut BNPB, asap di Kalimantan Barat terbawa angin ke Timur Laut sampai ke bagian barat Serawak dan membuat wilayah itu berkabut asap.
Hingga Jumat (11/9), ada 665 titik panas terdeteksi di wilayah Sumatera, termasuk di Sumatera Selatan (475), Bengkulu (10), Jambi (83), Bangka Belitung (45), Lampung (25), Riau (12), Sumatera Barat (8), Kepulauan Riau (5), Sumatera Utara dan Aceh (1).
Namun satelit tidak mendeteksi keberadaan titik panas di Kalimantan.
"Kebakaran hutan dan lahan di Sumsel selalu paling sulit dipadamkan dan meluas, seperti halnya tahun 2014. Dari satelit terlihat asap tebal dari Sumsel menutup Jambi dan Riau," kata Sutopo.
Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan membuat jarak pandang di Pekanbaru hanya 700 meter, Rengat dan Pelalawan 200 meter, Dumai 400 meter, Jambi 400-800 meter, dan Kalimantan Selatankurang dari 500 meter.
Asap juga menurunkan kualitas udara di Riau dan Jambi, menjadikannya berbahaya untuk kesehatan sehingga sekolah-sekolah diliburkan untuk menghindarkan anak dari dampak kabut asap.
Selain itu semua penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dibatalkan pada Sabtu.
BNPB juga menyatakan bahwa hampir 80 persen wilayah Kalimantan tertutup asap dengan tingkat kepekatan sedang hingga tinggi.
Menurut Sutopo upaya pemadaman terus dilakukan di semua daerah yang hutan dan lahannya terbakar untuk mengatasi masalah kabut asap.
"Namun tampaknya pembakaran juga masih terus berlangsung. Ini terlihat dari jumlah hotspot yang meningkat, khususnya di Sumsel dan Kalimantan. Hanya hujan deras yang mampu memadamkan semuanya," katanya.